01 March 2018

PENDUSTA AGAMA...?

Sebagai seorang Muslim, kadang sy malu jika melihat sebagian Muslim yg menjadikan agamanya menjadi alat meraih keuntungan pribadi dengan perbuatan hina yg tidak memperdulikan akhlaq, padahal sudah jelas aturan agamanya sendiri melarang.

"... dan janganlah kalian menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kalian harus bertakwa.." (QS. Al-Baqarah: 41)

Disebut "rendah" karena hanya dipakai untuk kepentingan duniawi dirinya dalam rangka memenuhi nafsu serakahnya sendiri. Kenapa dianggap "rendah"..? Karena mengikuti hawa nafsu yg rendah, serta perbandingan waktunya hidup di dunia pun sangat sedikit dibanding dengan waktu nanti di akhirat.

Lihatlah, beberapa politisi Muslim yg begitu bangga dengan embel-embel keagamaannya tetapi di belakangnya malah mereka menggunakan bahasa-bahasa agama yg terkait dengan istilah-istilah pengajian al-Quran sebagai bentuk kode untuk menutupi nafsu setan serakah mereka, menggarong duit negara. Sangat disayangkan.

Seharusnya mereka-mereka ini disebut PENISTA AGAMA yg sesungguhnya, atau bahkan lebih parah dari itu, apakah layak disebut sebagai PENDUSTA AGAMA...? Wallahu a'lam..

Sementara di sisi lain, aib-aib pun mulai "terbuka". Mungkin Tuhan sedang memberikan pelajaran kepada kita semua, baik kepada si pelaku agar jangan merasa paling benar, paling beriman dan sok suci, begitupun pelajaran kepada umat agar lebih selektif dalam "memilih" siapa yg mau diikutinya.

Memang serba salah, karena untuk bisa "memilih" seseorang untuk "diikuti" dan menjadi acuan dalam ilmu agama pun butuh pertimbangan, dan pertimbangannya pun akan kembali atas dasar pemahaman ilmu agama (akhlaq) lagi.

Kita tidak bisa berpuas diri dan mengambil satu sisi aja, mengambil satu ayat rujukan tapi ayat lain yg melengkapi ayat yg diambil malah luput dari perhatian. Semisal, mengambil ayat-ayat tentang Ghirah dalam beragama tapi melupakan ayat dakwah bil hikmah. Mengambil ayat-ayat tentang Jihad, tapi melupakan ayat kelembutan hati dan kasih sayang ke sesama manusia. Mengambil ayat tentang ilmu, tapi melupakan ayat-ayat tentang Adab.

Siapa yg mau "menunjukkan" hal-hal seperti ini..? Silahkan pilih ulamanya pakai kebeningan hati.

"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain itu juga yang terkenal kejahatannya." (QS. Al-Qalam, 68: 10-12)

Dalam hal ini memang ada benarnya, ilmu itu butuh Sanad karena bisa menyesatkan pemikiran. Disebut "menyesatkan" itu karena bisa membuat "pengkotakan" dalam beragama, sehingga pemahaman agama dan beragama pun menjadi tidak utuh. Dan ketidak-utuhan ini yg rentan ditunggangi hawa nafsu lalu diklaim sebagai Jihad ataupun Ghirah. Analoginya, seperti Dajjal yg bermata sebelah. Jadi, beruntunglah anda yg pernah dididik oleh guru-guru (ulama) yg lemah lembut dan teduh dalam beragama.

Walau begitu, semisal ada kekecewaan karena "salah memilih", ya jangan bersedih. Tetap optimis saja karena biasanya, jika pada suatu saat merasa semua jalan tertutup, itu artinya Tuhan akan menunjukkan dan membukakan suatu jalan rahasia yg tidak diketahui oleh siapapun. Bukankah Keajaiban itu selalu tersimpan dan tersembunyi dalam ketidak-tahuan..?.

Nah, jadi yg Benar, Utuh dan Kaffah itu gimana..? Cari aja ke dalam diri, introspeksi dan lengkapi terus-menerus, jangan dulu berpuas diri lalu petantang petenteng ke luar sambil senggol bacok sana-sini.

"Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu, memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh." (Rumi)

Dan masih banyak yg harus kita pelajari di alam semesta ini.

Semoga....
#ombad #tasawuf