Ada yg bertanya,
Kenapa dalam hal urusan agama, yg tidak bersikap Moderat itu kebanyakan tidak punya latar belakang santri/pesantren...?
Menurut sy,
Bukan masalah latar belakang santri atau pesantrennya, tetapi lebih pemahaman dan upaya untuk memahaminya. Apakah pemahamannya "diarahkan" untuk menyempit atau meluas.
Misalnya dalam tataran Fiqih, apakah keukeuh dalam satu manhaj/aliran saja, atau ia tertarik mempelajari ilmu (sebagai pembanding) dari manhaj lain..? Apakah mau belajar Perbandingan madzhab..? Apakah mau "meluaskan" lagi sampai Perbandingan agama..?
Dan suatu kewajaran, jika masih dalam tataran Fiqih, akan selalu "melihat" hitam putih. Kalau tidak hitam, ya putih. Kalau tidak putih, ya hitam.
Tetapi jika dari awal dibekali kaidah dasar ilmu tata bahasa (nahwu, shorof, dsb), maka akan semakin mudah untuk mengkaji ilmu (baca: mengkaji kekurangan dirinya), sehingga peluang pemahamannya menjadi lebih luas.
Jika dari awal sudah memahami kaidah Ushul Fiqh, maka akan semakin "moderat", karena semakin paham kenapa aturan hukumnya seperti itu, bagaimana aturan hukum tersebut dibuat dan kenapa harus diaktualisasikan. Jadi substansinya bisa dipahami dan bukan sekedar sebagai "pemakai" saja. Tentu akan beda jika sekedar makan soto Bandung saja, dibanding dengan bisa bikin berbagai soto dan paham rasa soto daerah lainnya.
Begitupun, akan semakin "moderat" lagi jika sudah mempelajari Tasawuf, apalagi mengalami fenomena/pengalaman batin. Karena lewat pengalaman-pengalaman batiniah ini, kesadaran diri akan makin diarahkan untuk semakin menggali diri, introspeksi, taubat terus-menerus, sampai akhirnya mengerti, memahami dan merasakan bahwa diri kita memang lemah dan sedemikian kecilnya, sehingga jadi semakin malu jika tidak sesuai dengan "akhlak Allah" yaitu mendahulukan Rahmat-Nya.
Jadi boro-boro mau galak, ketika akan galak pun seperti "si galak" nya mengarah ke diri sendiri, jadi memarahi diri sendiri. Malu kan..?
Dan ada suatu "pengalaman batin" untuk menanamkan "open mind & heart" dan "positive thinking", sehingga selanjutnya selalu berusaha memadukan kedua sifat ini. Dan jika kedua sifat ini sudah terpadu (dan embedded), maka segala sesuatu yg terlihat akan menjadi ilmu untuk "menggali diri". Ada "kebenaran" di manapun.
Dan "perjalanan" selanjutnya lebih banyak berkutat dalam "memperbaiki diri" dan "mengenali diri" sebelum mati.
Dan selalu ada Allah di dalam dan dibalik apapun.
Semoga....
#ombad #tasawuf