01 March 2018

GHIRAH TANPA ILMU

Apa yg menyebabkan seseorang bisa menganggap para pembuat hoax, fitnah dan kebohongan itu sebagai Pejuang Agama..? Karena GHIRAH TANPA ILMU.

Satu sisi sy merasa lucu, dan di sisi lain merasa ngenes.. Sy tidak terlalu mempersoalkan para pembuat hoax nya, karena Setan Iblis mah seumur-umur juga akan ada dan tersedia, meski berbentuk manusia.

Yang jadi perhatian sy adalah masalah Ghirah dari orang-orang yg merasa punya "ghirah" Islam tersebut. Banyak yg ikut-ikutan dengan alasan "ghirah" demi agamanya. Padahal yg kayak gitu mah bukan Ghirah tetapi "Nafsu berjubah Ghirah". Kenapa..?

Karena Nafsu identik dengan hal-hal kotor, sulit untuk disaring kebersihannya dan "kesucian" nya, serta bisa mengakibatkan makin berkembang hal-hal buruk, seperti : kebencian, permusuhan, pertengkaran, kekacauan, dsb.

Sedangkan Ghirah identik dengan hal-hal suci dan berkah sehingga semakin menumbuh-kembangkan ilmu, pemahaman dan keyakinan seseorang dalam agamanya.

Dan ilmu itu berbanding terbalik dengan ego (emosi), dimana semakin berilmu seseorang maka semakin mudah orang tersebut menahan/mengontrol ego/emosinya. Semakin tidak mudah marah, apalagi sampai teriak-teriak "bunuh" meski sambil bertakbir. Jadi wajar saja jika semakin membuat stigma bahwa Islam itu beringas dan garang, bukan lembut dan kasih sayang.

Ghirah yg merupakan "semangat cinta agama" pun bisa berubah jadi "ghirah" yg obsesif kompulsif penuh nafsu kemarahan dan kebencian, dan akhirnya bisa merusak diri sendiri serta tatanan umum, bahkan meluluh-lantakkan suatu negara dan bangsa.

Dan bukan termasuk kategori Ghirah jika menimbulkan kerusakan dan kekejian.


Ketika qalbu bertindak sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi, maka ia menjadi dekat kepada Rabb-nya. Dan, ketika ia telah dekat, maka ia akan memperoleh pengetahuan. Kini qalbu dapat membedakan mana yg benar-benar menjadi milik-Nya dan apa yg dituntut darinya; apa yg menjadi milik Allah dan apa yg menjadi milik selain-Nya; apa yg termasuk Kebenaran (haqq) dan apa yg termasuk Kebatilan. Sebab, seorang Mukmin dianugerahi cahaya yg dengannya dia bisa melihat, demikian pula halnya dengan sang Pejuang Kebenaran yg dekat dengan Allah, ash-Shiddîq al-Muqarrab. Orang Mukmin memiliki cahaya yang dengannya dia bisa melihat, dan itulah sebabnya Nabi SAW memperingatkan kita agar berhati-hati terhadap firasat orang Mukmin." (Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, kitab Jala Al-Khatir)

Mudah-mudahan bisa "menggali" esensi yg tersembunyi dalam ayat ini :

"Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu Shalat, sedang kamu dalam Keadaan Mabuk, sehingga kamu mengerti apa yg kamu ucapkan." (QS. An-Nisa: 43)


"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yg banyak bersumpah lagi hina, yg banyak mencela, yg kian kemari menghambur fitnah..." (QS. Al-Qalam: 10-11)


Semoga...
#ombad #tasawuf