02 March 2018

CINTA ITU SEDERHANA

Seorang teman bertanya...

Kang, mungkinkah memperoleh cinta Allah dengan cara yg sederhana?

Apakah manfaatnya cinta Allah dalam kehidupan saat ini dan saat nanti?

Apakah tanda-tanda dari hamba Allah yg telah memperoleh ridha Allah?

Apakah cinta Allah ini absolut atau relatif tergantung pada kualitas cinta dirinya kepada Allah.

**

- Mungkinkah memperoleh cinta Allah dengan cara yg sederhana..?

Allah itu Maha Adil, artinya setiap hamba-Nya punya peluang yg sama untuk memperoleh limpahan cinta-Nya. Cara memperolehnya sesuai "kondisi" hamba-Nya. Ukurannya adalah kualitas Qalbu yg telah mencapai "al-Lubb" dan kualitas qalbu ini tidak bisa diukur lewat lisannya ataupun pikirannya. Lubb adalah hati yg sudah mampu memilih kebaikan dan meninggalkan keburukan, dan telah terisi dengan kesadaran bahwa kebaikan yg dilakukannya sebagai bentuk kecintaan kepada Allah SWT.

Kualitas batin ini ukurannya bukan banyak kitab yg dikuasai, tetapi "kedekatan" qalbunya dengan Tuhannya.

Cara pun ya bisa sederhana. Misal, belum tentu yg naik haji dan umrah berkali-kali mendapat predikat mabrur, malah yg shalat subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir memuji Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, yg mendapatkan pahala haji dan umrah. Begitupun dengan orang yg pergi ke mesjid dengan niat belajar agama atau mengajarkannya.


- Apakah manfaatnya cinta Allah dalam kehidupan saat ini dan saat nanti..?

Manfaat di dunia, agar bisa merefleksikan rasa cinta-Nya buat sesama makhluk, dan bisa mengupayakan yg lainpun agar bisa merasakan cinta-Nya. Itu makanya nikah itu wajib.. 😍

Manfaat di Akhirat, ya berhubungan dengan "kualitas" surga. Ma'wa, Naim, Firdaus atau Iliyyin.


- Apakah tanda-tanda dari hamba Allah yg telah memperoleh ridha Allah..?

Tanda-tanda secara fisik, sulit dilihat. Karena ini hubungan pribadi antara dirinya dengan Tuhannya, dan itu adalah Rahasia Allah.

Kalau tanda-tanda secara nonfisik (ruh), ya pasti ada.

- Apakah cinta Allah ini absolut, atau relatif tergantung pada kualitas cinta dirinya kepada Allah.

Ya. Dalam Hadist Qudsi kan disebutkan, 

"Aku (tergantung) pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika dia ingat kepada-Ku dalam dirinya, maka Aku ingat kepadanya dalam diri-Ku...".

Artinya cinta Allah ini absolut, tetapi akan "terasa" relatif oleh makhluk-Nya karena tergantung kualitas hati untuk "menampungnya", tergantung kualitas cinta dirinya kepada Tuhannya. Allah akan membalas limpahan cinta-Nya berkali lipat dari kecintaan hamba-Nya.

Dan "komunikasi" timbal balik ini akan berimplikasi pada peningkatan kualitas iman dan taqwa hamba-Nya.

Ada masukan..?


Semoga....
#ombad #tasawuf