Bagian 1.
DZIKIR selain sebagai ibadah, juga bisa difungsikan untuk "melewati" atau "melampaui" Pikiran Sadar (gelombang Beta) sehingga bisa "menggeser" kondisi kesadaran Rasional ke kesadaran Intuitif (Gelombang Alpha ke bawah).
Proses dalam upaya melewati "pikiran sadar" ini bisa dicapai dengan memusatkan perhatian pada satu hal, seperti napas, ucapan "Laa ilaaha illallaah" atau "Allah". Ucapan Dzikir.
Melalui Dzikir, pikiran-pikiran dan konsep-konsep "dikesampingkan" dulu, sampai akhirnya memasuki frekuensi yg lebih tinggi.
Dalam frekuensi atau dimensi yg lebih tinggi, tidak ada pemisahan waktu seperti masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Dimensi Waktu termampatkan, dan seperti "menyatu". Kondisi ini merupakan kondisi kesadaran dimana setiap bentuk fragmentasi (berbatas) telah berhenti dan memudar, menjadi kesatuan yg tidak bisa dibedakan. Bahasa sederhananya, dunia fisik dan dunia nonfisik seperti realita (yg sama-sama terlihat).
Dan hasilnya, para Sufi dapat mencapai keadaan kesadaran "singularitas" (tanpa ruang & tanpa waktu), dimana mereka melampaui dunia tiga dimensi, dan bisa menembus realitas multidimensi yg lebih tinggi.
**
Bagian 2.
Fisika (Kuantum) dan Tasawuf adalah dua manifestasi komplementer pikiran manusia dari pemahaman yg Rasional dan Intuitif. Otak Kiri dan Otak Kanan.
Fisikawan modern meneliti segala hal di dunia ini melalui spesialisasi yg ekstrim dari pemikiran rasional, sedangkan Sufi melalui spesialisasi ekstrim dari Rasa Intuitif.
Analoginya, seorang Fisikawan itu seperti berupaya "memompa" kemampuan pemikiran Rasionalnya sampai maksimal, misal 1000 lah. Sedangkan seorang Sufi itu seperti "memompa" kemampuan Rasa Intuitifnya sampai maksimal, paling halus, misal nilai 1000 (dari arah yg lawannya/sebelahnya).
Sains, ilmu pengetahuan dan pembuktiannya, sangat penting dan dibutuhkan bagi kehidupan modern. Sedangkan pengalaman Tasawuf diperlukan untuk memahami "hakikat terdalam" dari segala hal.
Dan keduanya diperlukan untuk pemahaman yg lebih lengkap tentang dunia (alam), khususnya ilmu. Oleh karena itu, akan menjadi lebih baik dan lebih lengkap jika ada interaksi dinamis antara "intuisi" tasawuf dan analisis ilmiah sains.
**
Bagian 3.
Penelitian ahli fisika Alain Aspect tahun 1982 di Paris, membuktikan bahwa partikel-partikel sub-atomik (seperti elektron) dalam lingkungan tertentu itu mampu berkomunikasi (dengan seketika) satu sama lain, TANPA TERGANTUNG pada JARAK yg memisahkan mereka. Jadi tidak ada bedanya apakah mereka itu terpisah 1 meter ataukah 10 milyar km (satu sama lainnya).
Artinya, setiap partikel SELALU TAHU apa yg dilakukan oleh partikel lain.
Dan juga, terbukti adanya suatu KOMUNIKASI yg mampu berjalan di atas (atau lebih cepat) dari Kecepatan Cahaya. Kalau berpegang pada prinsip Einstein, hal ini mengindikasikan bahwa proses komunikasi ini adalah Menembus dimensi waktu...!
Jadi gak usah heran atau dianggap Bid'ah atau Musyrik, kalau dalam tasawuf, pada dimensi ruh itu, adalah sesuatu yg lumrah kalau ada koneksitas dan terjalin suatu komunikasi antar ruh, walau yg satu masih hidup di dunia ini, dan yg lain (orang-orang tersebut) sudah meninggal ratusan atau ribuan tahun sebelumnya..
Bukankah seperti itu pengalaman Isra Mi'rajnya Rasulullah SAW saat bertemu dengan ruh para Nabi yg sudah wafat...?
Dan bukankah seperti itu juga pengalaman ruhani para Wali yg "bertemu" dan berkomunikasi dengan ruh para wali yg sudah meninggal ratusan tahun lalu...?
Kenapa para Wali dibawa-bawa sich? Ya karena mereka sudah "mengakses" dimensi ruh pada waktu hidupnya... :D
**
Bagian 4.
HOLOGRAM yg merupakan "potret" tiga dimensi ini bisa membuktikan bahwa pola fraktal itu ada di alam semesta ini.
Jika hologram sebuah bunga mawar dibelah dua, lalu belahannya ini disoroti sinar laser, ternyata masing² belahan itu masih "mengandung" gambar mawar secara lengkap (tetapi lebih kecil). Bahkan, jika belahan itu dibelah lagi, tetap saja, masing-masing potongan foto itu mengandung gambar semula yg lengkap walaupun ukurannya lebih kecil.
Artinya, setiap bagian dari sebuah hologram itu mengandung semua informasi yg ada pada hologram secara keseluruhan. "Keseluruhan Di Dalam Setiap Bagian".
Dengan bahasa yg berbeda, para Sufi pun mendeskripsikan konsep fraktal ini.
"Dalam bentuk, engkau adalah Mikrokosmos (alam kecil), tetapi pada hakikatnya engkau adalah Makrokosmos (alam besar). Buah itu nampaknya berasal dari ranting, tetapi sebenarnya ranting dan seluruh pohon itu berasal dari sang Buah." (Maulana Jalaludin Rumi ra.)
Begitupun, Syeikh Muhyiddin Ibn Arabi ra. yg mengatakan bahwa Manusia disebut sebagai Alam Mikro (Alam Saghir), sedangkan Alam merupakan merupakan Manusia Makro (Insan Kabir).
Pola fraktal ini menyiratkan suatu hubungan bahwa Alam dan Manusia itu sama-sama menceminkan dimensi eksoteris Tuhan (dzahir al-uluhiyah). Dimana Alam merupakan cerminan dari segi pluralitas Asma’ dan Sifat Tuhan, sedangkan Manusia itu cerminan yg menghimpun Asma’ dan Sifat-Nya, sebagaimana Asma’ dan Sifat yg terhimpun dalam nama “Allah”.
"Wajah itu satu, tetapi cermin seribu.." (Ibn 'Arabi)
Subhaana Man Khalaqal Asyyaa wa Huwa 'Ainuha..
Maha Suci Dzat yg menjadikan segala sesuatu, dan Dia adalah esensi segala sesuatu.
Semoga....
#ombad #tasawuf #fisika