Sanad adalah mata rantai orang-orang yang membawa sebuah disiplin ilmu (Silsilah ar-Rijâl).
Mata rantai ini terus bersambung satu sama lainnya hingga kepada pembawa awal ilmu-ilmu itu sendiri; yaitu Rasulullah. Integritas sanad dengan ilmu-ilmu Islam tidak dapat terpisahkan. Sanad dengan ilmu-ilmu keislaman laksana paket yang merupakan satu kesatuan. Seluruh disiplin ilmu-ilmu Islam dipastikan memiliki sanad.
Dan Sanad inilah yang menjamin keberlangsungan dan kemurnian ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu Islam sesuai dengan yang dimaksud oleh pembuat syari’at itu sendiri; Allah dan Rasul-Nya.
Karena keberadaan sanad inilah, ajaran-ajaran yg dibawa Rasulullah SAW 'tetap kebal' dari berbagai usaha luar yang hendak merusaknya. Hal ini berbeda dengan ajaran-ajaran atau syari’at nabi-nabi sebelumnya.
Adanya berbagai perubahan pada ajaran-ajaran mereka, bahkan mungkin hingga terjadi pertentangan ajaran antara satu masa dengan masa lainnya sepeninggal Nabinya, karena tidak memiliki sanad.
Karena itu para ulama menyatakan bahwa sanad adalah salah satu “keistimewaan” yang dikaruniakan oleh Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW, di mana hal tersebut tidak dikaruniakan oleh Allah terhadap umat-umat Nabi sebelumnya. Dengan jaminan sanad ini pula kelak kemurnian ajaran-ajaran Rasulullah akan terus berlangsung hingga datang hari kiamat.
Tentang pentingnya sanad, Imam Ibn Sirin, seorang ulama terkemuka dari kalangan tabi’in, berkata:
“Sesungguhnya ilmu -agama- ini adalah agama, maka lihatkan oleh kalian dari manakah kalian mengambil agama kalian.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam mukadimah kitab Shahîh-nya).
Imam ‘Abdullah ibn al-Mubarak berkata:
“Sanad adalah bagian dari agama, jika bukan karena sanad maka setiap orang benar-benar akan berkata --tentang urusan agama-- terhadap apapun yang ia inginkan.”
Tasawuf tidak berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya, ia memiliki sanad yang bersambung hingga Rasulullah SAW.
Dengan demikian, pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa tasawuf adalah sesuatu yang baru, bid’ah sesat, atau ajaran yang tidak pernah dibawa oleh Rasulullah, adalah pendapat yang tidak memiliki dasar sama sekali.
Adanya sanad dapat mempertanggung-jawabkan kebenaran tasawuf ini. Dan keberadaan sanad ini sekaligus sebagai bantahan terhadap pembenci tasawuf, bahwa kebencian mereka tidak lain adalah karena didasarkan kepada hawa nafsu dan karena mereka sendiri tidak memiliki sanad dalam keilmuan dan dalam cara beragama mereka.
Itulah kenapa Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa,
“Menemukan Guru Mursyid, itu sulit, dan lebih mudah menemukan sebatang jarum yang disembunyikan di padang pasir yang gelap gulita.”
Mursyid sendiri berasal dari kata “Irsyad” yang artinya petunjuk. Petunjuk yang bersumber dari nur Ilahi. Jika kata “Irsyad” ditambahkan “mim” di depannya maka petunjuk tersebut terdapat pada sesuatu (dimikili oleh sesuatu). Maka “mim” harus diartikan sebagai seseorang yang memegang kualitas irsyad.
Dalam QS. Al-Kahfi ayat 17, ada kata "Waliyyam Mursyida" yg secara umum diterjemahkan sebagai “pemimpin”, padahal itu adalah "Wali Mursyid".. karena "petunjuk" jalan lahir maupun batin itu hanya bisa didapat dari hamba-hamba Allah yg sudah mendapat petunjuk melalui "Nur Allah".
Dan Mursyid itu hakikatnya adalah Nur Allah, maka seseorang jika disebut Guru Mursyid, maka ia itu benar-benar mempunyai kualitas sempurna sebagai pembawa washilah (sanad) yg terhubung dari Allah dan Rasulullah SAW, dan bukan sekedar gelar saja.
Ket..
SANAD kalau dalam Tarekat itu adalah Washilah.
Semoga...
#ombad #tasawuf #sanad #mursyid