Karena sudah terbiasa dilakukan bertahun-tahun, maka suap-menyuap dalam mendapatkan suatu pekerjaan/proyek pun akan dianggap biasa. Selalu alasannya adalah "kalo gak seperti itu mah gak akan dapat kerjaan, iklimnya memang gitu, udah biasa kok.. gimana lagi..?"
Sampai akhirnya, pencari pekerjaan berjanji memberi "uang terima kasih" dan penentu keputusan pun senyum-senyum akan menerima "uang bonus" dan "rezeki tak disangka-sangka" (menurut anggapannya).
Sekolah tinggi dan ilmu gak ada gunanya dalam kondisi seperti ini, karena ini memang cara menguji ilmu, apakah masih berupa pikiran atau sudah masuk ke hati dan seluruh tubuh.
Apa yg bisa menyadarkan "kebiasaan" karatan seperti itu..?
- Suatu pengalaman yg membuat "shock" mental dan psikologis. Dan memunculkan "rasa muak" dan "penolakan" secara nurani.
- Jika masih belum bisa "berhenti" dengan kebiasaan seperti itu, ya siap-siap dengan "proses pembersihan" ketiga tubuh (fisik, mental/psikologi dan spirit), dan kadang "proses pembersihan" ini terjadi di akhir-akhir waktu dengan tanpa disadari. Yang terasa hanya seperti "siksaan", karena memang itu konsekuensinya. Konsekuensi dari proses pencucian.
Jadi silakan aja mau meneruskan hal-hal seperti itu dan sejenisnya, kan emang menggiurkan.. yg penting, siap-siap aja dengan konsekuensi yg mungkin tidak pernah terpikirkan. Shock teraphy. Mudah-mudahan aja masih bisa dicicil dalam kehidupan di dunia ini.
Seperti itulah Neraka, karena disebabkan adanya simbiosis mutualisma dalam "pernerakaan".
Jadi Dajjalnya di mana dan seperti apa..?
Padahal aturan hukum agama dan negara sudah jelas ada.
Dan berbahagialah orang-orang yg masih dilindungi dan sudah terlindungi dari hal-hal seperti itu.
**
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr ra., ia berkata:
"Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim, dan Ahmad)
Semoga...
#ombad #tasawuf