04 June 2018

RAMADHAN, SUBSTANSI ATAU BUDAYA..?

Semua juga sudah tau, puasa Ramadhan itu wajib.. :D

Tetapi jika hal-hal di bawah ini terjadi, mungkin anda berpuasa itu hanya jadi "Budaya" dan bukan "Substansi"..

- Belanja harian jadi naik membesar, karena ada perubahan kualitas dan kuantitas menu makanan/minuman. Padahal secara esensi, puasa itu adalah "serba kekurangan" yg sering dialami oleh "Banyak orang yg tidak berpuasa tetapi berpuasa". Jadi dalam hal ini, puasanya malah ikut bantu dalam meningkatkan pola makan.

- Berat badan tetap, malah bertambah di akhir bulan Ramadhan. Mungkin karena "berlapar-lapar" yg seharusnya merupakan nilai "empati" ke sesama (fakir miskin yg terbiasa lapar) dengan mudah "dibalas-dendamkan" ketika beduk Maghrib berkumandang. Jadi dalam hal ini, puasanya malah ikut bantu dalam menambah hawa nafsu.

- Keinginan yg kuat untuk semakin "memanjakan" tubuh dalam hal makanan/minuman tambahan : sirop, kolak, susu, rujak, asinan, dsb. Padahal hal tersebut jarang terpenuhi dalam keseharian. Jadi dalam hal ini, puasanya malah ikut bantu dalam menambah keinginan "memanjakan" tubuh.

- Tingkat kesehatan menurun ketika di akhir Ramadhan. Malah kadar gula darah dan kolesterol meningkat. Ya iya, karena "balas dendam" keinginan ketika sedang berlapar-lapar puasa. Akhirnya bergurih ria..

Jadi kalau tinjauannya "substansi" atau batiniah, seharusnya ketika di suatu keluarga berpuasa selama sebulan, dan biasanya belanja dapur habis (misal) 3jt/bln di bulan-bulan lain, maka di bulan puasa mestinya terjadi penurunan (misalnya habis 2jt/bln), dan sisa yg 1jt itu diberikan kepada orang-orang yg terbiasa "berpuasa" karena keterbatasan ekonominya, dan bukan sebaliknya, malah nombok dari uang THR yg harus cepat-cepat dicairkan perusahaan.

Jadi tanpa disadari, bulan puasa Ramadhan itu identik dengan "bulan konsumtif" dan "bulan kemewahan".. dan hal ini akhirnya jadi "budaya" turun-temurun, sampai akhirnya "substansi" dan "esensi" berpuasa pun nilainya semakin bias. EMPATI dan KEPEKAAN SOSIAL pun menjadi sesuatu yg sulit terjiwai.

Puasa tidak lagi mengajarkan kita agar berempati pada kaum fakir miskin. Seakan-akan kita sedang mengejek mereka yg kelaparan terus tanpa pernah bertemu Maghrib, sementara kita yg berpuasa "berpesta" makanan di waktu Maghrib dan mereka tidak pernah.

Mungkin sy akan mengatakan bahwa haram hukumnya terdengar orang-orang dhuafa saat denting sendok garpu beradu sewaktu berbuka puasa dengan mewah, sementara di sekitar banyak yg masih kelaparan.

Dan bisa dilihat, menu buka puasa pun mirip sesajen.. segala macam ada, lengkap sekali.. :D .. sungguh sulit dibayangkan, berbanding terbalik dengan waktu Rasulullah SAW masih hidup, yg hanya berbuka dengan berapa butir kurma dan air putih aja.

Itulah kenapa, "Betapa banyak orang berpuasa yg tidak mendapatkan sesuatu, kecuali lapar dan dahaga saja." (HR. Nasa’i)


Semoga....
#ombad #tasawuf #ramadhan #19