19 January 2018

PERSEPSI. FIXED OR GROWTH MINDSET ?

Pagi itu, sepasang suami istri hanya berdua saja di rumah karena anak²nya sudah berangkat sekolah.

Suami: "Mah...Papah pingin GITUAN yg kayak minggu kemarin... wuenak banget...!"

Istri: "Ihh, bosen ahh... Mamah tahu tempat paling enak buat GITUAN dan banyak orang pada GITUAN di sana... harganya pun lebih murah. Paling kalo kita GITUAN dua kali mah bayarnya gak sampe 300 ribu..."

Suami: "Tapi bagian Mamah ya, biar ANU-nya Papah awet..."

******
Mari kita bahas....

Hampir semua memaknai "gituan" dan "anu" ... sama ya...? :D

Itulah Presepsi, dengan secepat kilat membentuk pikiran, lalu menyimpulkannya, dan akhirnya terbayanglah (sesuatu yg aduhai). Kenapa?

Karena persepsi terhadap sesuatu itu tidak bisa terlepas dari pengalaman sensoris terdahulu, suatu memori. Jadi kalau pengalaman itu sering muncul, maka reaksi pembentukan pikiran di otak pun begitu, "lalu lintas komunikasi" nya akan sesuai data yg udah nongkrong di memori, dan jadilah pola berpikir. Dan jenis dari pola berpikirnya ini dipengaruhi faktor kebiasaan, seperti halnya suatu kebiasaan melewati rute tertentu ketika berangkat kerja.
 
Ada tiga faktor penting yg mempengaruhi Persepsi yaitu :
- Pengetahuan (knowledge),
- Harapan (expectations), dan
- Penilaian (evaluation).

Nah lhoo.... Berarti kalau kata "gituan" di atas dimaknai "indehoy", maka anda sekalian punya "harapan" seperti yg dipersepsikan, dan mungkin karena telah berulang kali mengalaminya... Hayoo ngaku... ngeres aja...! :D

Padahal maksud obrolan suami istri itu:
- Gituan = Makan.
- Anu = Kartu kredit.

Duuhh... gara² memori yg nemplok di pikiran, jadi aja mempresepsikan salah dari kata yg tidak bersalah, yaitu : "Gituan" dan "Anu"... :D

Apakah masalah presepsi seperti ini ikut mempengaruhi objektivitas "penilaian" dalam urusan politik...? Silahkan tanyakan ke diri sendiri.

Btw...
Selamat Gituan ya... jangan sering digesekin Anu-nya, ntar jebol lho... 😍


Semoga....
#ombad