12 June 2017

NUZULUL QURAN (Part 2)

Selain makna Lahir, Quran menyimpan petunjuk-petunjuk dan makna-makna Batin yg tak terhingga tetapi saling berhubungan. Sebagaimana yg dikatakan Rasulullah SAW :

"Sesungguhnya Al-Quran mempunyai Lahir dan Batin."

"Allah menurunkan Al-Quran dengan sepuluh batin, lebih batin lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan, karena batin ini adalah sumber (pusat/ pokok)."

Sayyidina Ja'far ash-Shodiq ra. berkata,

"Sesungguhnya Al-Quran turun dalam empat bentuk, yaitu: IBARAT (ungkapan tekstual) untuk orang awam, ISYARAT (pemisalan) untuk orang khusus (khawas), LATHA'IF (makna-makna yg halus) untuk para Wali, dan HAKIKAT untuk para Nabi."

Jadi al-Quran adalah Firman Allah yg terbuka dan tak terbatas. Tiap huruf, kata dan kalimat yg terkandung di dalamnya memiliki makna yg bertingkat-tingkat, berlapis-lapis.

Dan untuk menghindari kerancuan dalam menafsirkan Al-Quran, seseorang harus menelisik dengan runtut pesan Al-Quran secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong. Sedemikian pentingnya memahami al-Quran secara keseluruhan (terintegrasi), Allah pun melarang memahaminya secara sepotong-sepotong (lihat QS. al-Hijr: 90-91). Hal ini bisa diartikan agar hamba-Nya selalu berupaya mencapai keseimbangan dalam makna lahir maupun makna batinnya.

"Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yg membagi-bagi (Kitab Allah), (yaitu) orang-orang yg telah menjadikan Al-Qur’an itu terbagi-bagi." (QS. Al-Hijr : 90-91)

Jadi yg aman itu adalah pelajari juga Tafsir dan Asbabun Nuzul, soalnya bisa 'berbahaya' kalau sekedar memahami terjemahan secara tekstual.

Dan juga dibutuhkan Kebeningan Qalbu untuk bisa "mengakses" keilmuan al-Quran, karena jika hawa nafsu "menunggangi" ayat-ayat al-Quran, maka bisa menyebabkan Kerugian bagi pembacanya. 

"Dan Kami menurunkan dari Al-Qur’an itu sesuatu yg berupa Rahmat bagi orang-orang Mukmin, namun Al-Qur’an itu tidak memberi nilai tambah bagi orang-orang yg Dzalim kecuali kerugian." (QS. Al-Isra : 82)

Kenapa bisa seperti itu..?

Karena Al-Quran itu kitab yg 'hidup', kitab yg diturunkan dari Sumber Kesucian. Karena itu agar kita bisa 'menghidupkan' ayat-ayatnya, maka kita harus menghubungkan ruh kita dengan 'ruh' Al-Quran. Hal ini hanya bisa terjadi apabila hijab hawa nafsu yg menutupi (mengalahkan) ruh kita telah terbuka (diangkat), atau sekurang-kurangnya dibuat tak berdaya sehingga cahaya Ruh Qudsi telah bebas dari distorsi nafsu dan bisa 'bertemu' dengan cahaya Al-Qur’an.

Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan seseorang dalam memahami makna Al-Qur’an amat bergantung kepada derajat dan kualitas keruhanian. Artinya kemungkinan untuk menemukan "rahasia-rahasia" di balik teks lahiriah (literal) akan terbuka lebar jika bisa mempersiapkan kesucian wadahnya, yaitu kebeningan Qalbu.

"Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yg disucikan." (QS. al-Waqi'ah: 79)

Itulah kenapa al-Quran bisa jadi Syafa'at, tetapi juga bisa jadi Laknat.

Rasulullah SAW bersabda,

"Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi Syafa'at bagi pembacanya." (HR. Muslim, dari Abu Umamah ra.)

Rasulullah SAW bersabda,

القُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ


"Al-Quran akan menjadi Hujjah (yg akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yg akan menyerangmu." (HR. Muslim)

Begitupun, dalam Ihya Ulumuddin (Imam Ghazali ra), Anas bin Malik ra berkata,

كم من قارئ للقرآن والقرآن يلعنه


"Betapa banyak orang membaca al-Qur’an, namun al-Qur’an sendiri melaknat pembacanya."

Jadi, selalu beningkan Qalbu, sehingga al-Quran yg kita baca bisa jadi Syafa'at dan bukan Laknat... 😀

Semoga....

#ombad #ramadhan17
#nuzululquran