19 May 2019

ABUL QASIM AL-JUNAID DAN BAHLUL

Syeikh Abul Qasim Junaid ra., nama lengkapnya Al-Junaid bin Muhammad bin al-Junaid Abu Qasim al-Qawariri al-Khazzaz al-Nahawandî al-Baghdadi al-Syafi'i (220-298 H atau 835-910 M) adalah seorang Mursyid silsilah rantai emas tarekat Qadiriyah ke-13. Al-Junaid bermursyid ke pamannya sendiri yaitu Syeikh Sirri as-Saqothi ra. (12), dari Ma’ruf al-Karkhi ra. (11), dari Abul Hasan ‘Ali bin Musa ar-Ridho ra. (10), dari Imam Musa al-Kazhim ra. (9), dst.

Tasawuf yg diajarkan Al-Junaid ini bisa dikatakan sebagai tasawuf 'moderat', didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah. Dan Beliau adalah seorang Fuqaha yang sufi.

**

Pada suatu waktu Beliau keluar kota Baghdad bersama beberapa orang muridnya, mencari seorang yg katanya "gila" bernama Bahlul. Akhirnya mereka ketemu Bahlul di sebuah gurun.

Bahlul : “Siapakah engkau..?”
Abu Qasim : “Aku adalah Junaid Al-Baghdadi.”
Bahlul : “Apakah engkau Abul Qasim..?”
Abul Qasim :“Iya..”
Bahlul : “Apakah engkau Syeikh Baghdadi yg memberikan petunjuk spiritual kepada orang-orang..?”
Abul Qasim : “Iya..”
Bahlul : “Apakah engkau tahu bagaimana cara makan..?”

Abul Qasim : “Aku mengucapkan Bismillah, aku makan yg ada di hadapanku, aku menggigitnya sedikit, meletakkannya di sisi kanan dalam mulutku dan perlahan mengunyahnya. Aku tidak menatap suapan berikutnya, aku mengingat Allah sambil makan, apapun yg aku makan aku ucapkan Alhamdulillah. Aku cuci tanganku sebelum dan sesudah makan.."

Bahlul : “Kau ingin menjadi guru spiritual di dunia tapi kau bahkan tidak tau bagaimana cara makan.”

Bahlul berdiri menyibakkan pakaiannya lalu ia berjalan pergi.

“Wahai Syeikh dia adalah orang gila..” kata muridnya Abul Qasim.

“Dia adalah orang gila yg cerdas dan bijak, dengarkan kebenaran darinya..” jawab Abul Qasim.

Bahlul mendekati sebuah bangunan yg telah ditinggalkan lalu dia duduk, Syeikh Junaid pun datang mendekatinya.

Bahlul : “Siapakah engkau..?”
Abul Qasim : “Syeikh Baghdadi yg bahkan tidak tahu bagaimana cara makan.”
Bahlul : “Engkau tidak tahu bagaimana cara makan, tapi tahukah engkau bagaimana cara berbicara..?”
Abul Qasim :“Iya..”
Bahlul : "Bagaimana cara berbicara..?”

Abul Qasim : “Aku berbicara tidak kurang tidak lebih dan apa adanya, aku tidak terlalu banyak bicara, aku berbicara agar pendengar dapat mengerti. Aku mengajak orang-orang kepada Allah dan Rasulullah SAW., aku tidak berbicara terlalu banyak agar orang tidak menjadi bosan, aku memberikan perhatian atas kedalaman pengetahuan lahir dan batin..”

Kemudian Syeikh Junaid menggambarkan apa saja yg berhubungan dengan sikap dan etika.

Bahlul : “Lupakan tentang makan, karena kau pun tidak tahu bagaimana cara berbicara..”

Bahlul pun berdiri menyibakkan pakaiannya dan berjalan pergi.

Murid-murid Abul Qasim berkata, “Wahai Syeikh, anda lihat dia adalah orang gila, apa yg engkau harapkan dari orang gila..?”

Abul Qasim : “Ada sesuatu yang aku butuhkan darinya, kalian tidak tahu itu..”

Syeikh Junaid lalu mengejar Bahlul lagi hingga mendekatinya.

Bahlul : “Apa yg engkau inginkan dariku, kau yg tidak tahu cara makan dan berbicara, apakah kau tahu bagaimana cara tidur..?”
Abul Qasim : “Iya aku tahu.”
Bahlul : “Bagaimana caramu tidur..?”

Abul Qasim : “Ketika aku selesai sholat ‘Isya dan membaca doa, aku mengenakan pakaian tidurku..”

Kemudian Syeikh Junaid menceritakan cara-cara tidur sebagaimana yg lazim dikemukakan oleh para ahli agama.

Bahlul : “Ternyata kau juga tidak tau bagaimana caranya tidur..”

Bahlul mau bangkit dari duduknya, tapi Syeikh Junaid menahan pakaiannya..

Abul Qasim : “Wahai Bahlul.. aku tidak tahu, karenanya Demi Allah ajari aku..”

Bahlul : “Sebelumnya engkau mengklaim bahwa dirimu berpengetahuan dan berkata bahwa engkau tahu, maka aku menghindarimu. Sekarang setelah engkau mengakui bahwa dirimu kurang berpengetahuan, maka aku akan mengajarkan padamu.

Ketahuilah, apapun yg telah engkau gambarkan itu adalah permasalahan bukan yg utama, kebenaran yg ada di belakang memakan makanan adalah bahwa kau Memakan Makanan Halal. Jika engkau memakan makanan haram dengan cara seperti yg engkau gambarkan, dengan seratus sikap pun tidak akan bermanfaat bagimu melainkan akan menyebabkan hatimu hitam.”

Abul Qasim : “Semoga Allah memberimu pahala yang besar..”

Bahlul : “Hati harus bersih dan mengandung niat baik sebelum kau mulai berbicara. Percakapanmu haruslah menyenangkan Allah. Jika itu untuk duniawi dan pekerjaan yg sia-sia maka apapun yg kau nyatakan akan menjadi malapetaka bagimu. Itulah mengapa diam adalah yang terbaik. Dan apapun yang kau katakan tentang tidur, itu juga bernilai tidak utama. Kebenaran darinya adalah hatimu harus Terbebas Dari Permusuhan, Kecemburuan dan Kebencian. Hatimu tidak boleh tamak akan dunia atau kekayaan di dalamnya. Dan ingatlah Allah ketika akan tidur.”

Syeikh Junaid kemudian mencium tangan Bahlul dan berdoa untuknya.

**

Apabila aku telah mengetahui suatu ilmu yang lebih besar dari Tasawuf, tentulah aku telah pergi mencarinya sekalipun harus merangkak.” (Abul Qasim al-Junaid ra.)


Semoga..
#ombad #tasawuf #junaid