Al-Quran itu harus bisa turun ke dada, karena sifat dada itu Keterbukaan dan Kasih Sayang. Artinya cahaya Al-Quran itu akan bisa memancar dari dalam dada jika sifat Keterbukaan dan Kasih Sayangnya dikedepankan. Adanya keselarasan dan "keseimbangan".
Jika Al-Quran sekedar turun ke kepala, itu masih bisa dipakai buat kepentingan Hawa Nafsu. Burung Beo juga bisa kayak gitu mah.. apalagi cuma nemplok di peci doank.. 😂
"Katakanlah (Muhammad), 'Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman'." (QS. Al-Baqarah, 2 : 97)
Sifat dada itu sangat erat hubungannya dengan Humanisme, artinya Al-Quran yang sudah masuk ke dalam dada itu akan meningkatkan rasa kemanusiaan.
Berbeda dengan pikiran yang selalu dilingkupi ego, akan selalu berusaha melakukan Pembenaran akibat distorsi hawa nafsu. Artinya bisa saja dengan memakai Al-Quran malah meningkatkan rasa kebinatangan kayak burung Beo.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ
“Akan keluar manusia dari arah timur dan membaca Al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya.” (HR. Bukhari)
"Tidak melewati kerongkongan atau tenggorokan” ini artinya “tidak sampai ke qalbu/hati”. Al-Quran di dalam dirinya belum bisa jadi pembersih hijab-hijab hatinya, belum bisa memperbaiki akhlaq, belum menguatkan karakter keterbukaan, kasih sayang ataupun humanisme.
Sebaliknya, malah yang menguat adalah hawa nafsu, seperti merasa lebih beriman, mudah menuduh orang, penguatan su'udzon, atau dengan kata lain, tidak bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Itu makanya kalau dalam Tarekat ketika berdzikir khofi itu kepalanya (lathifah nafs) harus diarahkan ke dada (qalbu, lathifah qalb). Kepala harus bisa mengikuti dada, atau bisa dimaknai, isi pikiran itu tidak sampai liar tapi harus bisa dikendalikan qalbu (nurani, hati).
Salah satu tanda bahwa Al-Quran sudah masuk ke dada (hati) adalah kesejukan yang dirasakan orang lain ketika berdekatan dengannya. Orang tidak khawatir memperoleh keburukan darinya.
“…Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. Mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’,17 : 107-109)
Dan orang-orang yg telah mendapatkan "cahaya al-Quran" itu makin bertambah kelembutannya karena hatinya makin halus dan lembut, seperti yg dikatakan Rasulullah SAW,
“Maukah kalian aku beritahu siapa penghuni surga itu..? Dialah setiap orang yang lemah, lembut, dan rendah hati; seandainya ia bersumpah memohon kemurahan Allah, pasti akan dipenuhi-Nya. Maukah kalian aku beritahu siapa penghuni neraka itu..? Dialah setiap orang yang keras lagi kasar, suka meneriakkan kata-kata kotor, angkuh gaya berjalannya, lagi sombong (sok hebat).” (HR. Bukhari dan Muslim)
**
Dada yang dimaksud :
ﺒﻨﻴﺖ ﻓﻰ ﺟﻮﻒ ﺍﺒﻦ ﺃﺪﻢ ﻗﺼﺭﺍ ﻭﻓﻰ ﺍﻟﻗﺼﺭ ﺼﺪﺭﺍ ﻭﻓﻰ ﺍﻟﺼﺪﺭ ﻗﻟﺒﺎ ﻭﻓﻰ ﺍﻟﻗﻟﺐ ﻓﺅﺍﺪﺍ ﻭﻓﻰ ﺍﻟﻓﺅﺍﺪ ﺷﻐﺎﻓﺎ ﻭﻓﻰ ﺍﻟﺷﻐﺎﻑ ﻟﺒﺎ ﻭﻓﻰ ﺍﻟﻟﺐ ﺴﺭﺍ ﻭﻓﻰ ﺍﻟﺴﺭ ﺃﻨﺎ
“Aku jadikan pada Anak Adam itu ada Qasrun (istana), di situ ada Shadr (dada), di dalam dada itu ada Qalbu, di dalamnya lagi Fuad, di dalamnya lagi ada Syaghaf, juga di dalamnya ada Lubb, dan di dalamnya ada Sirr, di dalamnya itulah ada Aku." (Hadist Qudsi)
Semoga..
#ombad #tasawuf
#nuzul #alquran 17 #ramadhan 1440 H.