08 March 2018

PERABA GAJAH

"Kebenaran yang tunggal itu senantiasa mengekspresikan kepada hamba-Nya aspek yang lain pada setiap saat yang berbeda." (Syeikh Muhyiddin Ibn 'Arabi) 

Ketika setiap pribadi asyik dengan "konsen" nya masing-masing, maka hasil ekspresinya pun akan berbeda. Hal ini tersirat dari kisah 5 orang yang memegang gajah di tempat gelap. Tetapi di balik perbedaan-perbedaan ekspresi itu, terdapat kesatuan struktural yang sangat mendalam.

Jadi terkait dengan hal di atas, perlu hati-hati jika di medsos banyak yg koar-koar : Kembali kepada Quran dan Sunnah, Bid'ah, Kuburiyyun, Tegar di atas Sunnah, Meniti Manhaj Salaf, dsb.

Kata-kata di atas memang benar jika diaktualisasikan ke diri sendiri, tetapi jika dipakai untuk "menyerang" yg berbeda pemahaman tanpa paham konteksnya, maka kata-kata itu hanya modus.. tidak pada tempatnya.. :D

Padahal si "penyerang" inipun belum tentu tahu Quran dan Sunnah seluruhnya. Mirip seorang yg meraba bagian tubuh gajah di kegelapan malam, lalu koar-koar ke peraba lain, "Kata gw ekor... ekor..!!"

Hal seperti ini yg paling berbahaya dalam beragama, yaitu merasa paling benar dengan menunjuk yg lain sesat.. berlagak menjadi Tuhan. Itu makanya "dakwah bil hikmah" itu tidak bisa dengan cara instan. Silahkan pelajari para kehidupan ulama arif billah ketika mereka berdakwah di suatu lingkungan (yg baru).

Kembali ke tanktop, ketika di medsos ada yg koar-koar dengan slogan “Kembali kepada Quran dan Sunnah”, maka kesan dan opini yg bisa ditimbulkannya adalah cara berislam yg diajarkan para ulama selama ini itu Salah, dan hanya cara berislam mereka saja yg paling Benar, mewakili Islam yg sebenarnya, serta yg paling sesuai Quran dan Sunnah. Jadi kalau ada penggiat medsos yg seperti itu, hampir dipastikan mereka itu korban media, dan mudah-mudahan aja ngajinya gak hanya lewat Syeikh Google.. :D

Ketika kita "memberi" masukan atau "mendebat" dengan ilmu yg belum diketahui oleh mereka, maka biasanya akan ditolak dengan alasan "Tidak ada contoh dari Nabi", kalau dikasih tahu bahwa memang ada dalilnya, ia pun ngeles dengan "Dalilnya tidak shahih", jika ngeles lagi.. mendingan guyon-guyonin aja.. apalagi kalau cuma terjemahan.. :D

Padahal yg sebenarnya mah, ngajinya baru segitu aja.. ya, seada-adanya aja di media elektronik... Dan jika debat pun, isinya cuma copas-copas tulisan orang.. tanpa paham Ushulnya.. bahkan tanpa tahu siapa yg nulisnya... asal comot aja, biar gaya.. :D

Jadi, ketika dirinya merasa "paling tahu", maka dianggaplah bahwa yg tidak diketahuinya itu "tidak ada dalilnya".. padahal aslinya mah ia "belum tahu".. :D Penyakit yg biasa menyerang orang yg sedang belajar, yaitu merasa punya air sekolam, padahal cuma segayung. Bahasa kerennya, Muqallid rasa Mujtahid..

Sekali lagi gak.usah marah kalau ketemu yg seperti itu, termasuk jika anda dituduh ahli bidah, kuburiyyun, syiah, munafik, musyrik, antek liberal, dsb... Anggap aja anda sedang menghadapi anak-anak balita yg sedang pegang erat permen merah kesukaannya, meski dirayu-rayu dengan permen coklat mahal pun tetap saja nolak.

:D

Semoga....
#ombad #tasawuf #gajah