Suatu hari seorang anak kecil nabrak meja di rumahnya, lalu terjatuh dan menangis. Tak lama kemudian orang tuanya menghibur,
“Wah, mejanya nakal ya..!” Lalu dipukulnya meja itu.
Atau ketika sedang di luar, kalau anak itu tersandung, jatuh, dan menangis,
“Oh, kamu tersandung nak.. Batu nakal..!”, kata orang tuanya, lalu dilemparnya batu itu jauh-jauh.
Hal-hal seperti di atas, tanpa disadari terekam oleh si anak, sampai akhirnya ketika ia melakukan kesalahan, bukan dia yg harus bertanggung jawab dan ada sesuatu yang harus disalahkan.
Makin ia besar, “sesuatu yg harus disalahkan” itu bukan hanya sebuah benda mati, tapi juga orang.
Itulah makanya, begitu sulit ber-introspeksi dan memperbaiki diri karena terbiasa menyalahkan orang lain. Terbiasa mencari kambing hitam.
Ketika ada suatu kasus buruk yg terbuka dan diketahui publik, maka ramailah para pemburu kambing hitam mencari kambing hitam, seperti: "Pengalihan Isu", "Komunis", "Didzalimi", bahkan yg paling parah, Tuhan pun bisa dijadikan kambing hitam.
Jadi yg pasti, ada sesuatu pembelajaran yg mesti kita ambil ketika Tuhan sedang "memperlihatkan" sesuatu berupa "teguran keras" baik kepada diri sendiri ataupun lewat orang lain. Mungkin kita semua harus segera sadar, bahwa selama ini banyak dari kita yg terbius asesoris dan tampilan luar, serta masih tetap dalam ilusi, mimpi dan tidur.
Mudah-mudahan nasehat ini bisa menyadarkan kita semua,
"Jangan melihat penampilannya, tapi lihatlah kelakuannya." (Dr. H. Patrialis Akbar)
Semoga.....
#ombad #tasawuf