"Nanti di akhir jaman akan banyak ulama yang membingungkan Umat sehingga Umat bingung memilih mana Ulama Warosatul Anbiya dan mana Ulama Su'u yang menyesatkan Umat." (Imam Syafi'i ra.)
Bisa aja ciri-ciri ulama yg menyesatkan umat itu adalah :
1. Penguasaan ilmu tidak dijadikan prioritas, dan yg lebih diprioritaskan adalah pakaian (jubah, sorban), semangat dan sisi emosional, sehingga akhirnya melakukan Pembodohan, mengajarkan Kedunguan serta tidak menjaga Kewarasan kepada umat.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يبْق عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’il bin Abu Uwais, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari Ayahnya, dari Abdullaah bin Amr bin Al-Ash, ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila tidak tersisa lagi seorang ulama, maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka memberi fatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari)
2. Bahkan ilmu-ilmu agama tingkat dasar (tajwid, nahwu, shorof, dsb) pun tidak dikuasai dengan baik, sehingga sering salah baca ayat Quran, jelek tajwidnya, salah shorof, dan banyak hal lainnya.
"Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir berbicara tentang Kitab Allah (Agama Allah) sedang ia tidak tahu akan ilmu Nahwu." (Imam Mujahid ra.)
3. Kandungan ceramah tidak murni kaidah ilmu (tidak banyak bahas/gali ilmu) tetapi lebih banyak diisi dengan fitnah, marah-marah, caci maki dan menyalahkan.
Imam Bukhari ra. berkata :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي الأَسْوَدِ , قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ , قَالَ : حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ حَصِيرَةَ , قَالَ : حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ وَهْبٍ , قَالَ : سَمِعْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ , يَقُولُ : ” إِنَّكُمْ فِي زَمَانٍ : كَثِيرٌ فُقَهَاؤُهُ ، قَلِيلٌ خُطَبَاؤُهُ ، قَلِيلٌ سُؤَّالُهُ ، كَثِيرٌ مُعْطُوهُ ، الْعَمَلُ فِيهِ قَائِدٌ لِلْهَوَى ، وَسَيَأْتِي مِنْ بَعْدِكُمْ زَمَانٌ : قَلِيلٌ فُقَهَاؤُهُ ، كَثِيرٌ خُطَبَاؤُهُ ، كَثِيرٌ سُؤَّالُهُ ، قَلِيلٌ مُعْطُوهُ ، الْهَوَى فِيهِ قَائِدٌ لِلْعَمَلِ ، اعْلَمُوا أَنَّ حُسْنَ الْهَدْيِ ، فِي آخِرِ الزَّمَانِ ، خَيْرٌ مِنْ بَعْضِ الْعَمَلِ ”
Menceritakan kepada kami Abdullah bin Abul Aswad, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Harits bin Hashirah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Zaid bin Wahb, ia berkata, aku mendengar Ibnu Mas’ud mengatakan ;
“Sesungguhnya kalian berada pada zaman yang terdapat banyak ahli ilmu dan sedikit pengkhutbah, sedikit yang bertanya, banyak yang mampu memberi (fatwa), amalan adalah pemimpin hawa nafsu. Dan akan datang setelah kalian suatu zaman yang terdapat sedikit ahli ilmu dan banyak pengkhutbah, banyak yang bertanya, sedikit yang mampu memberi (fatwa), hawa nafsu adalah pemimpin amalan. Ketahuilah, bahwa petunjuk yang baik pada masa akhir zaman itu lebih baik daripada sebagian amalan.” (Al-Adabul Mufrad)
4. Berpikir pendek dan banyak dipengaruhi kepentingan sesaat (politik), sehingga faktor Hawa Nafsu menjadi lebih dominan dalam mengeluarkan fatwa, seperti halnya menetapkan seorang imam shalat yg tidak paham agama, jarang shalat dan tidak bisa ngaji.
Catatan..
الصرف أم العلوم والنحو أبوها
"Shorof adalah ibu dari ilmu-ilmu (agama) dan Nahwu adalah bapaknya."
Semoga..
#ombad