07 March 2019

MUADZIN BERSUARA JELEK

Agama dan tujuan beragama itu indah serta penuh kasih sayang, maka begitupun seharusnya yg keluar dari mulut dalam melakukan dakwah bil-hikmah.

Maulana Jalaludin Rumi ra. dalam kitabnya Matsnawi-e Maknawi menganalogikannya dengan kisah berikut, mudah-mudahan bisa diambil hikmahnya.

**

Dahulu, di sebuah negeri antah berantah, ada seorang Muadzin yang bersuara jelek. Setiap hari ia memanggil orang untuk Shalat. Orang-orang memberi nasihat kepadanya,

“Berhentilah kamu memanggil orang untuk Shalat dengan suara burukmu itu. Negeri tempat di mana kita hidup mayoritas bukan beragama Islam. Bukan tidak mungkin, suara kamu akan menciptakan kerusuhan dan melahirkan pertengkaran antara kita dan orang-orang non Muslim.”

Tetapi Muadzin itu menolak nasehat banyak orang. Ia justru bahagia dengan mengumandangkan Adzannya dengan suara buruknya itu. Baginya, melantunkan Adzan untuk memanggil orang Shalat di negeri dimana orang tak pernah shalat adalah sebuah kehormatan.

Suatu pagi, seorang Pendeta dengan sikap yang bersahabat datang menemui jamaah kaum Muslimin.

Di tangannya ada jubah, lilin dan manisan. Berulang-ulang ia bertanya,

“Beritahu aku di mana Muadzin itu..? Tunjukkan padaku siapa dia, Muadzin yang suara dan teriakannya selalu membuat hatiku bahagia."

Seorang Muslim bertanya, “Kebahagiaan macam apa yang kau peroleh dari suara jelek Muadzin itu..?”

Pendeta itu kemudian bercerita,

“Suara Muadzin itu masuk menembus sela-sela dinding gereja tempat aku dan keluargaku tinggal. Anak perempuanku yang jelita dan berbudi pekerti ingin sekali menikah dengan seorang Mukmin sejati. Aku menolak keinginannya itu. Akhirnya ia pun jatuh sakit. Kecintaannya kepada Islam sudah mulai tumbuh mengakar dalam hatinya. Memikirkan anak gadisku itu membuatku tersiksa, gelisah, dan menderita kerisauan terus-menerus. Aku khawatir dia akan masuk Islam dan aku berpikir tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya.”

Sampai suatu ketika, ia mendengar suara adzan itu. Ia mengatakan, "Sungguh suara ini menusuk telingaku.."

Saudara perempuannya menjawab,

“Suara itu namanya Adzan, panggilan beribadah untuk orang-orang Islam, bagi seorang yang beriman."

Tiba-tiba wajahnya berubah pucat pasi. Kecintaannya pada Islam sirna berubah menjadi keragu-raguan.

Menyaksikan perubahan itu, aku merasa dilepaskan dari cengkraman kecemasan.

Tadi malam aku tidur dengan nyenyak. Dan kenikmatan serta kesenangan yang kuperoleh berkat suara Adzan yang dikumandangkan Muadzin itu.”

Pendeta itu melanjutkan, “Bawalah aku kepada Muadzin itu. Aku ingin memberikan semua hadiah ini.”

Ketika Pendeta itu bertemu dengan si Muadzin, dia berkata, “Mohon terimalah hadiah ini. Sungguh kau telah menjadi pelindung dan juru selamatku." 

Jalaludin Rumi berkata,

"Keimananmu wahai Muslim, hanyalah Kemunafikan dan Kepalsuan. Seperti ajakan Muadzin itu, yang dimaksudkan untuk membawa orang pada jalan Kebenaran, malah mencegah orang dari jalan yang lurus.

Kesalehan seperti Muadzin itu, ia mengira melaksanakan perintah agama, padahal ia menuang racun pada iman.

Ia mengambil bungkusnya dan mencampakkan hakikatnya.

Kesetiaannya pada teks-teks Syariat mengabaikannya dari ajaran dan tujuan agama yg sebenarnya."


Semoga...
#ombad #tasawuf #rumi