31 May 2017

SAYA PERCAYA ULAMA

Iya, tapi yg menurut sy memang kualitasnya benar-benar ulama. Jika menurut anda itu ulama tetapi menurut sy bukan ulama, ya gak usah maksa-maksa untuk mempercayai orangnya. Silakan, setiap orang berhak memilih, untuk mengakui ataupun tidak.

Bagaimana membedakan seorang ulama yg benar-benar warosatul anbiya dengan ulama palsu (ulama su'), sementara secara fisik, pakaian dan ucapannya pun sama (memakai ayat Quran dan Hadist)..? Tentunya dibutuhkan "penglihatan qalbu" (batin, kasyf, bashiroh) untuk bisa membedakannya. Memang sulit, sesulit membedakan yg benar-benar Muslim (secara lahir batin) dengan Maling/koruptor yg "menyamar" jadi Muslim, dan keduanya berangkat umrah bareng ke Mekkah.

Jadi kalau sy pribadi, sederhana kok lihatnya. Ulama menurut sy itu yg tubuh ruhnya pakai jubah dan sorban, dan bukan tubuh fisiknya. Tubuh fisik mah bisa menipu, bagaikan serigala berbaju domba atau kucing berbaju singa. Berbaju jubah dan bersorban pun kalo kerjaannya selalu marah-marah, mengobarkan kebencian dan permusuhan di mana-mana, plus ditambah wajah bersungut-sungut tegang kayak nahan kebelet pipis/BAB, mungkin bagi sy, seperti kata Gusmus, jadinya akan terlihat lebih meniru Abu Jahal daripada Rasulullah SAW.

Dan meski pakaian ruhnya gak persis kayak gitu, setidaknya tubuh ruhnya udah berbentuk manusia utuh, bening, tidak belang bonteng dan tidak berwajah binatang... :D

Nah kan... sederhana sekali lihatnya.. karena ada ciri-ciri "tertentu" bagi seseorang yg layak dikelompokkan sebagai "ulama pewaris Nabi".

Kalau menurut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs. (dalam Kitab Sirrur Asrar), bahwa "pewaris Nabi" yg dimaksud adalah "pewaris sempurna" yg bukan sekedar (ilmu) lahiriyah, tetapi juga mencakup aspek-aspek batiniah. "Waris" yg dimaksud itu seperti halnya hubungan anak kandung dengan bapaknya. Dan bukan sekedar "pewaris sebagian", seperti Ashabil Furud ataupun Dzawil Arham, yg hanya menerima ilmu sebagian/derajat lapis luar saja, dan tidak mencakup aspek batiniah. Apa bedanya dengan Syekh Google..?

Kan bahaya nanti jika cuma dapat Tekstual tanpa Kontekstual, Harfiah tanpa Substansi, Bungkus tanpa Isi, ataupun Perintah tanpa Hikmah. Bisa-bisa nanti ikut aliran garis ngaceng... ehh garis keras lhoo. Malu atuh, masa udah jaman modern masih ngaceng.... duhh... maksudnya masih radikal... 
 
Semoga...

#ombad #tasawuf #ramadhan05