Kulit itu selain sebagai pelindung, juga berfungsi utk nilai estetika. Tetapi, jika terlalu lama terpaku kulitnya aja, kadang kita sulit beranjak dari 'keindahan' kemasan kulit ini. Kata-kata pun menjadi hampa dan tanpa makna, hanya terasa sebagai Aturan/hukum aja, sekedar reward and punishment, sekedar kewajiban (transedental).
Tapi namanya juga manusia, terkadang senang tampilannya daripada rasanya, senang sibuknya dan bukan nikmatnya, senang kutangnya dan bukan isinya... :D
Begitupun sebaliknya, ketika bicara terus tentang isi, esensi ataupun makna-makna tertinggi, tetapi kulitnya tidak 'terconnect', tidak paham ataupun lupa, maka akan terasa Bias dan 'ngambang', ngawang-ngawang. Terasa sangat rapuh.
Bicara tentang kesadaran setinggi-tingginya, tapi masih bias dengan 'kerangka' kesadaran itu sendiri. Bicara Hakikat, tapi masih bias dengan Syariatnya. Mirip bayi, cuma senang air susunya aja dan bukan wadahnya.. :D
Bukankah begitu juga dengan agama? Ada fiqh, ushul fiqh, dan bahkan tasawuf. Dan semuanya menyatu, saling melengkapi dan 'terhubung'.
Bukankah juga secara tersirat, Rasulullah SAW mengatakan, "Setengah agama itu Akhlaq." ?
Semoga...
#ombad #tasawuf