Tuhan menampakkan diri-Nya kepada seorang hamba sesuai dengan Kesiapan dan Kapasitas hamba-Nya dalam pengetahuan (pemahaman) nya. Kapasitas pengetahuan ini tergantung "kesiapan pastikular" masing-masing, sampai akhirnya bisa lengkap (kesiapan universal).
Begitupun, kepercayaan seorang hamba kepada Tuhannya inipun akan dipengaruhi oleh kapasitas pengetahuannya. Dalam konteks tasawuf, tentu berbeda pemahaman antara makrifat asma, af'al, sifat ataupun dzat. Seperti halnya antara air, es, uap air dan molekul H2O.
Jadi bisa disebut bahwa Tuhan yang diketahui oleh seorang hamba itu identik dengan Tuhan dalam kepercayaannya (ilah al-mu’taqad).
Dan karena perbedaan kapasitas, seringkali tidak ada titik temu, lalu akhirnya banyak yang mengambil "jalan pintas" yaitu menganggap kepercayaannya itu sebagai satu-satunya yang benar serta menyalahkan kepercayaan orang lain.
Jadi karena kebodohan, banyak yang memandang bahwa Tuhan yang dipercayainya itu adalah Tuhan yang sebenarnya yang berbeda dengan Tuhan yang dipercayai oleh orang lain dan dianggapnya salah.
"Seandainya sapi, kuda, dan singa mempunyai tangan dan pandai menggambar seperti manusia, tentu kuda akan menggambarkan tuhan-tuhan menyerupai kuda, sapi akan menggambarkan tuhan-tuhan menyerupai sapi, dan dengan demikian mereka akan mengenakan rupa yang sama kepada tuhan-tuhan seperti terdapat pada mereka sendiri. Orang Etiopia mempunyai tuhan-tuhan hitam dan berhidung pesek, sedangkan orang Trasia mengatakan bahwa tuhan-tuhan mereka bermata biru dan berambut merah." (Xenophanes, 570-480 SM)
** H. Diels W. Kram, Die Fragmente der Vorsokratiker, Griechisch und Deutsch, 3 vol. (Berlin, 1934-1937)
Rasulullah SAW pun pernah bersabda,
“Aku melihat Tuhanku dalam rupa pemuda yang sangat elok.”
Semoga..
#ombad #tasawuf