Otak, meski hanya 2.5% dari berat badan, tapi otak mengkonsumsi 22% kebutuhan energi total harian. Dalam kondisi normal, suplai energi ini berasal dari glukosa yg diperoleh dari makanan.
Saat berpuasa (saat cadangan glycogen mulai menipis), liver/hati akan menkonversi cadangan lemak menjadi senyawa ketones (beta-hydroxybutyrate/beta-HBA). Senyawa ini dikenal bagaikan ‘super-fuel’ yg lebih powerful/efisien dibanding glukosa.
Analoginya dalam bensin mah, beta-HBA itu pertamax, sedangkan glukosa itu premium..
Keistimewaan beta-HBA diantaranya adalah melindungi sel-sel otak, meningkatkan jumlah sel mitochondrial, dan (yg terpenting) merangsang sel-sel otak baru (neurogenesis); yg semuanya mengarah pada perbaikan fungsi dan kesehatan otak.
"...Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. 2:184)
Itu makanya di negara-negara Barat puasa 10-12 jam juga sudah dijadikan terapi untuk banyak penyakit.
Ada juga penelitian dari Ahli Biologi Salk Institute, California Satchidananda Panda (sebagaimana yg dilansir livescience), dimana kesimpulannya mengatakan bahwa Diet puasa (intermittent fasting) membantu tubuh untuk melakukan peremajaan dan perbaikan sehingga dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Diet puasa juga menyebabkan tubuh merespon berbagai mekanisme atau tanda kerusakan tubuh menjadi lebih baik. Kondisi puasa dapat membuat sel tumor kekurangan bahan makanan untuk berkembang, memperbaiki inflamasi dan menghilangkan sel yg rusak dari dalam tubuh.
Dan dengan berpuasa, tubuh juga akan mengendalikan tekanan darah dan kolesterol secara otomatis karena tubuh melakukan pembakaran lemak lebih efektif saat berpuasa, serta membuat hormon insulin lebih sensitif terhadap makanan.
"Puasalah niscaya kamu akan sehat." (HR. al-Thabrani).
Tapi jangan balas dendam ya kalo pas buka, karena :
"Perut adalah rumah penyakit, dan pengaturan makanan adalah obat utamanya." (HR. Muslim)
Semoga...
#ombad 06 #ramadhan 1440 H.