Islam itu agama Pertengahan (al-Wasath). Ukuran "pertengahan" ini dasarnya adalah mengambil contoh perbandingan kedua agama pendahulunya, yaitu Yahudi dan Nasrani.
Islam mengandung ajaran hukum dengan orientasi pada masalah perilaku manusia secara Lahiriah seperti pada agama Yahudi, tetapi mengandung juga ajaran keruhanian yang mendalam seperti pada agama Nasrani.
Bahkan antara keduanya tidak bisa dipisahkan, meskipun bisa dibedakan. Ketika seorang Muslim dituntut untuk tunduk terhadap suatu hukum perilaku lahiriah, maka diharapkan dan diharuskan, ia juga bisa menerima dengan tulus dan ikhlas dari lubuk hatinya. Seorang Muslim pun harus bisa merasakan bahwa aturan hukum lahiriah itu sebagai sesuatu yg berakar dalam komitmen batin atau spiritualnya.
Kenyataan ini tercermin dalam susunan kitab-kitab fiqh, dimana bab pensucian (Thaharah) lahir selalu jadi bab awal, dan aturan ini pun sebagai awal untuk pensucian batin.
Dalam konteks al-Wasath ini, Ibn Taimiyyah ra. berkata :
"Syari'ah Taurat didominasi oleh KETEGASAN (KERAS), dan Syari'ah Injil didominasi oleh KELEMBUTAN, sedangkan Syari'ah al-Qur'an menengahi dan meliputi keduanya itu."
Jadi, kalau seorang Muslim dominasi dalam urusan hukumnya masih keras dan galak (takfiri, kopar-kapir, susat-sesat, dsb) kepada orang lain, itu lebih mirip siapa..? 😛
Terus, kenapa donk Kelembutannya tidak muncul..?
Puasa itu sehat dan menyehatkan, dalam arti, berpuasa akan melatih Kekuatan tubuh supaya lebih sehat, atau dengan kata lain, lewat puasa itu bisa memperbaiki aspek "power" tubuh, seperti Kekuatan, Ketegasan, Disiplin, Konsekuen, dsb.
Sementara dari rasa haus dan lapar akibat puasa, seharusnya bisa melatih rasa atau aspek "sensitivitas" tubuh, seperti Kestabilan Emosi, Penurunan Ego, Empati, Kelembutan, dsb.
Jika sifat urat batu atau keras kepalanya masih besar, maka perbanyaklah berlapar-lapar puasa sampai terlewati puncak ego, emosi ataupun marahnya, lalu muncul rasa sabar saat lapar, dan selanjutnya bersiaplah Kelembutan hatinya muncul. Kelembutan ini semakin lama akan dikuatkan dengan rasa Empati dan Kasih Sayang kepada sesama makhluk.
Jadi, puasa bisa menyeimbangkan kedua sisi (Ketegasan dan Kelembutan), atau dengan kata lain, pembentukan karakter al-Wasath bagi seorang Muslim bisa dilatih lewat puasa.
Semoga..
#ombad 04 #ramadhan 1440 H.