20 June 2018

TA'ASHUB VS AL-WASATHAN

Dalam hidupnya, manusia tidak bisa terlepas dari aspek Dualitas, dan setiap manusia pasti mempunyai dua sisi.

Apakah itu Positive dan Negative (Thinking), Benar dan Salah, Objektif dan Subjektif, Kenyang - Lapar, Panas - Dingin, Sehat - Sakit, Baik - Buruk, dsb. Dimana selalu ada Salah dan tidak selalu Benar. Begitupun, tidak akan selalu Benar, tapi jg tidak akan selalu Salah.

Tetapi keberfihakan yg akut atau Fanatisme seringkali membutakan "dualitas", karena ada kesengajaan untuk menutup rapat-rapat salah satu sisi serta tidak mengakui dan mempercayainya, tetapi ia akan membuka lebar-lebar sisi yg lainnya.

Fanatisme (Ta’ashub atau 'Ashabiyyah) adalah anggapan yg diiringi sikap yg paling benar dan membelanya dengan membabi buta. Benar dan salahnya, Wala’ (loyalitas) dan Bara’ (benci)-nya diukur dan didasarkan keperpihakan pada golongan. Fanatik ini bisa terjadi antar kelompok, organisasi, individu dsb.

Presepsi dan opini (eksternal) akan berusaha untuk selalu menggiring pemikiran sehingga pintu objektivitas sedikit demi sedikit mulai menutup dan sebaliknya pintu subjektivitas sedikit demi sedikit mulai terbuka.

Ada hikmah yg tersirat terkait objektivitas dalam ucapan Rasulullah SAW berikut ini,

أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا، وأَبْغَضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا

"Sayangilah orang yg engkau sayangi (saudaramu atau teman) sekadarnya saja, boleh jadi suatu hari nanti ia akan menjadi orang yg kamu benci. Dan bencilah orang yg kamu benci sekadarnya saja, boleh jadi suatu hari nanti ia menjadi orang yg kamu sayangi." (HR. at-Tirmidzi)

Jadi, batas antara Benar dan Salah pun akan makin buram jika kita Subjektif... Itulah kenapa Fanatisme itu dilarang dalam agama.

Rasulullah SAW bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّة وليس منا من قاتل علي عصبية وليس منا من مات علي عصبية

"Bukan termasuk umatku siapa saja yg menyeru orang pada ‘Ashabiyah, bukan dari golongan kami orang yg berperang karena 'Ashabiyyah, dan bukan dari golongan kami orang yg mati karena 'Ashabiyyah." (HR. Abu Dawud)
 
Sikap yg tidak Ta'ashub ini secara tersirat disebutkan bahwa Islam itu al-Wasathan, yg artinya Seimbang (balance), Moderat, Equilibrium. Apakah itu antara sisi material dan spiritual, dunia dan akhirat, bahkan juga dalam sikap. Bukankah sebaik-baiknya suatu perkara adalah yg di pertengahan...? Di manusia pun yg paling enak kan yg di tengah-tengah eaa.. :D

Seperti halnya berada di titik tengah dari dua hal yang ekstrim. Contohnya : Hemat adalah titik tengah dari boros dan pelit. Pemberani adalah titik tengah dari nekad dan pengecut. Kalau dalam Bahasa Sunda,
"Ulah hayang ulah embung kudu daék",
"Ulah sieun ulah wani kudu ludeung".

Dan demikian (pula) Kami menjadikan kamu ummatan Wasathan (umat yg adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan manusia) dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (QS. al-Baqarah: 143)

Ada dua sifat utama yg melekat pada ummatan Wasathan, yaitu:

1. Al-Khairiyyah, selalu berorientasi kepada yg terbaik, afdal dan adil.

2. Al-Bainiyyah, pertengahan, moderat, tidak ekstrem kanan ataupun ekstrim kiri.

Dan di dalam diri akan selalu ada "perputaran" diantara kedua sisi tersebut. Jika kita tidak terjebak dalam nafsu/emosi keberfihakan, maka "perputaran" ini akan mempunyai fungsi untuk "saling mengingatkan" dan bukan "saling mematikan". Alangkah indahnya jika sisi yg satu 'mengingatkan' sisi yg lain. Seperti halnya ketika kita sedang salah, ada seorang teman yg mengingatkan, dan tentunya Allah yg mendatangkan teman tersebut untuk mengingatkan kesalahan kita. Begitupun, ketika sedang kenyang, ada seorang pengemis kelaparan yg datang mengingatkan, dan masih banyak contoh lainnya.

Apakah kita bisa menarik dan merasakan Hikmah kejadiannya atau tidak? Hal ini sangat tergantung tingkat kepekaan hati & pikiran (mind), apakah lebih peka terhadap sisi Positif ataukah sisi Negatif.

Tentunya, Empati itu bisa muncul dan berkembang karena terbiasa melatih aspek dualitas dalam ber-introspeksi dan men-tafakuri diri.

Dan sikap "al-Wasathan" ini yg akan menumbuhkan objektivitas sehingga lebih mudah dalam membentuk visi "rahmatal lil 'alamin" yg didasari sikap empati dan kasih sayang ke sesama.

Semoga..
#ombad #tasawuf