Pada suatu hari, si Salik bertemu dengan seekor Merak dan Ular yg sedang mengobrol. Ketika ditanya, kedua binatang itu berkata, "Kami sedang memperbincangkan keunggulan kami masing-masing."
"Rasanya, akulah yg lebih berguna. Aku melambangkan cita-cita, perjalanan ke langit keindahan sorgawi, dan karenanya juga pengetahuan adiluhung. Adalah tugasku untuk mengingatkan manusia, dengan cara menirukan, tentang segi-segi dirinya yg tak dilihatnya." kata Merak.
"Sebaliknya, aku melambangkan hal itu juga. Seperti manusia, aku terikat pada bumi. Kenyataan itu menyebabkan manusia menyadari dirinya. Juga seperti manusia, aku lentur, bisa berkelok-kelok menyusur tanah. Manusia sering melupakan kenyataan itu. Menurut kisah, akulah penjaga harta yg tersembunyi di bumi." kata Ular.
"Tetapi kau menjijikkan.. Kau licik, licin, dan berbahaya..!" teriak Merak.
"Kau menyebut sifat-sifat kemanusiaanku.. sedangkan aku lebih suka menunjukkan sifat-sifatku yg lain, yg sudah kusebut-sebut tadi. Sekarang, lihat dirimu sendiri: kau sombong, kegemukan, dan suaramu serak. Kakimu terlalu besar, bulu-bulumu berlebihan panjangnya." kata Ular.
Sampai disini si Salik menyela,
"Hanya ketidak-cocokanmulah yg telah menyebabkan aku mengetahui bahwa tak ada di antara kalian yg benar. Namun kita jelas-jelas melihat, apabila kalian sama-sama meninggalkan keasyikan diri sendiri, secara bersama-sama kalian bisa memberi pesan bagi kemanusiaan."
Dan, sementara dua pihak yg bertengkar itu mendengarkannya.
"Manusia melata di tanah bagai si Ular. Ia bisa melayang tinggi bagai Burung. Namun, karena tamak seperti Ular, ia tetap mempertahankan kepentingan diri sendiri ketika berusaha terbang, dan mereka menjadi seperti Merak; terlampau sombong. Dalam diri Merak, kita melihat kemungkinan manusia, namun yg tidak tercapai dg semestinya. Pada kilauan Ular, kita menyaksikan kemungkinan keindahan. Pada Merak, kita menyaksikan keindahan itu menjadi terlalu berbunga-bunga."
Dan kemudian terdengar suara dari "dalam" yg berbicara kepada si Salik,
"Itu belum lengkap. Kedua makhluk itu diberkahi kehidupan, yg merupakan faktor penentu. Mereka bertengkar karena masing-masing telah merasa aman dalam jenis kehidupannya sendiri, beranggapan bahwa hal itu merupakan perwujudan suatu kedudukan yg sebenarnya. Namun, si Ular menjaga harta dan tidak bisa mempergunakannya, dan si Merak mencerminkan keindahan, dan itu harta juga, namun tidak bisa mengubah dirinya sendiri menjadi keindahan disamping ketidak-mampuan keduanya untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yg terbuka bagi mereka keduanya pun melambangkan kesempatan itu --tentu bagi mereka yg bisa melihat dan mendengarnya."
Semoga....
#ombad #tasawuf