Semua yang ada di dunia ini merupakan cerminan (tajalli) Tuhan, termasuk di dalam diri manusia pun tercermin Pantulan Tuhan, khususnya dalam diri seorang wanita. Bagi seorang lelaki, wanita adalah tempat paling sempurna sebagai tajalli Tuhan.
"Cinta wanita adalah milik Kesempurnaan Makrifat." (Ibn Arabi ra.)
Manusia (baca : wanita) merupakan miniatur semesta atau mikrokosmos, yang dalam dirinya tercermin bagian-bagian dari jagat raya. Dia mampu mengaktifkan imajinasi kreatif calon pecinta, dan bisa jadi "tangga" dalam mengoptimalkan kecintaan seorang hamba-Nya, lalu sang diri pun bisa "menyerap" sifat-sifat dibalik setiap nama-Nya.
"Wanita adalah tipe leluhur dari keindahan di bumi, namun keindahan di bumi ini tak ada artinya kecuali menjadi manifestasi dan pantulan dari sifat-sifat Ilahi." (Maulana Rumi, Mastnawi)
Menurut para sufi, wanita merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan derajat kewaliannya, karena kualitas derajat ini ada hubungannya dengan kualitas rasa dalam mencintai dan menyayangi.
Itu makanya Syeikh Ibn Arabi ra. mengatakan,
“Barangsiapa yang ingin menjadi Sufi, hendaknya menjadi perempuan dulu. Maksudnya, hatinya harus Lembut dan didominasi Kasih Sayang.”
Begitu juga, Hadist ini mengandung esensi yang sangat dalam dalam konteks mencapai Mahabbah (cinta kepada Tuhan),
Rasulullah SAW bersabda,
حبب إليّ من دنياكم ثلاث : الطيب ، والنساء , وجعلت قرة عيني في الصلاة
“Tiga hal dari dunia ini yang aku cintai, yaitu: Wangi-wangian, kaum Wanita dan kesejukan mataku ketika Shalat." (HR. Ibn Majah)
Jadi jangan melihat wanita sebagai sumber maksiat, tetapi sebagai "sarana" mencapai Tuhan dan tetap dalam koridor "janganlah sampai anak istrimu jadi fitnah bagimu". Bukankah inti dari bertasawuf itu kebersihan hati dalam upaya mencapai kedekatan dengan Tuhan..?
Dalam proses "pendekatan" (qurbah) kepada Tuhannya, seperti halnya cinta seorang laki-laki kepada wanitanya, maka begitupun kepada Tuhannya, ada kerinduan untuk "bersatu dengan-Nya", karena penyatuan ini adalah simbol kerinduan, kecintaan dan kasih sayang seorang hamba kepada Tuhannya, dan begitu juga sebaliknya.
Kenapa proses dalam pendekatan kepada Tuhan ini lebih dominan dalam sisi Jamaliah (keindahan, kelembutan) atau dengan kata lain dominan aspek Feminin..? Karena keberlangsungan alam ini terkait dengan kegiatan menciptakan, menumbuhkan yang baru, regenerasi, atau cerminan sifat Tuhan Al-Warist (pewarisan).
Wanita dipilih Tuhan menjadi salah satu cermin-Nya, karena segala sesuatu di alam semesta (manusia) ini bersumber dari rahim seorang wanita, seperti halnya segala penciptaan yang bersumber dari Tuhan. Iya, aspek Feminin lah yang mampu menerima tindakan "maskulin", menyimpan benih, menumbuhkan dan terlibat dalam kegiatan penciptaan.
Jadi jangan menyangka bahwa wanita itu sebagai makhluk yang lemah atau nomor dua, justru wanita itu jauh lebih kuat ketimbang laki-laki, buktinya sih sederhana, bukankah hanya laki-laki aja yang butuh obat kuat..?
Semoga..
#ombad #tasawuf