Salah satu bentuk Kedzaliman adalah menuduh orang lain berbuat Dzalim tanpa bukti. Dan jika masih meyakininya maka yang harus diperbaiki adalah Akal, Pikiran dan Hatinya, karena dengan tanpa disadari ada banyak Kedzaliman dalam dirinya. Dan Kedzaliman itu merupakan akibat dari Kekotoran.
Nah, supaya "melihat" dan "menunjuk" ke luarnya bisa berkurang, mendingan rajin "meneliti" diri (muhasabah) saja, apakah itu terkait "purifikasi diri" maupun "mensyukuri".
Kenapa..? Karena :
- "Purifikasi diri" itu adalah sebaik-baiknya doa.
"Sebaik-baik doa adalah Istighfar." (HR. Hakim)
- "Pensyukuran" pun adalah sebaik-baiknya doa.
وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
".. dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah.” (HR. Tirmidzi, dari Jabir bin Abdillah ra.)
Itu makanya Rasulullah SAW mengatakan,
الحمد لله تملأ الميزان,وسبحان الله والحمد لله تمللآن أو تملأ ما بين السماوات والأرض
"Alhamdulillah memenuhi Mizan, dan Subhanallah serta Alhamdulillah keduanya memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi." (HR. Muslim)
Silakan kata "doa" ini di sini dimaknai sebagai komunikasi diri dengan Tuhan, sehingga dari hasil komunikasi internalnya ini bisa "membuka" kesadaran diri bahwa kekotoran dan kedzaliman itu masih banyak tersimpan di dalam diri/hati meski awalnya itu tanpa disadari.
Ketika "istighfar" dan "subhanallah" nya sukses, maka saat akan "menunjuk orang lain", apalagi ada kesalahan dalam "menunjuk" nya, akan terasa seperti sedang "menunjuk diri sendiri". Dan sifat Wara (berhati-hati) pun akan mulai berkembang, sampai kondisi Qana'ah dan Tawadhu.
Ketika "alhamdulillah" nya sukses maka negative thinking dan melihat kekurangan orang lain akan mulai berkurang, lalu selanjutnya berusaha ber-positive thinking dan mulai melihat kelebihan orang lain.
"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)
Semoga..
#ombad #tasawuf