Sampai kapanpun Tuhan akan tetap jadi misteri hamba-Nya. Sedemikian misteri/ghaib-Nya maka Tuhan pun seringkali membuat perumpamaan-perumpamaan agar lebih mudah dikenali makhluk-Nya. Bukankah "Tuhan membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Tuhan pun membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia"..? (QS. An-Nuur: 35)
Banyak ciptaan Tuhan yang dijadikan sebagai media perumpamaan-Nya, apakah itu hewan (anjing, lalat, semut, dll), fenomena alam (petir, hujan, batu, tanah, dll), bahkan sampai pohon pun dijadikan perumpamaan (zaitun, kurma, rumput, dll).
Dan karena di daerah gurun, maka pohon/buah kelapa "tidak sempat" dijadikan media perumpamaan.. 😀
Rasulullah SAW bersabda,
"Syariat itu Perkataanku, Tarekat itu Perbuatanku, dan Hakikat itu Kelakuan/karakterku."
Kelapa, seperti halnya agama, bagian buahnya pun berlapis-lapis.
- Sabut (kulit terluar).
Ini diibaratkan Syariat. Kulit kelapa berfungsi untuk melindungi lapisan dalam, melindungi terhadap benturan, seperti halnya syariat yang melindungi dan mengatur batas antara baik dan buruk. Kulit/sabut kelapa juga berfungsi untuk penyebaran buah kelapa, seperti halnya syariat yang selalu dikedepankan dalam penyebaran agama ke seluruh muka bumi. Inilah yang dimaksud Rasulullah SAW, "Syariat itu Perkataanku.."
- Batok (tempurung).
Ini diibaratkan Tarekat. Batok kelapa yang keras ini berfungsi untuk melindungi daging kelapa dari gangguan luar, seperti halnya aspek pengamalan dalam tarekat khususnya terkait latihan-latihan jiwa, tadzkiyatun nafs, serta pembersihan diri dari sifat-sifat tercela, dengan tujuan memperkuat keyakinan diri beserta perbaikan kualitasnya.
Menembus batok kelapa yang keras ini seperti halnya riyadhoh dalam tarekat dalam melunakkan kerasnya hati, dimana diperlukan kesungguhan usaha, keistiqamahan, memperbanyak dzikir, suluk, uzlah/khalwat secara batiniah, serta "melatih" keikhlasan sebagai pondasi dasar dalam kemurnian tauhid. Inilah yang dimaksud Rasulullah SAW, “Tarekat itu adalah Perbuatanku..”
- Daging kelapa.
Ini diibaratkan Hakikat, yang bisa dirasakan setelah melawati kerasnya riyadhoh, seperti halnya menemukan daging kelapa yang enak dan empuk, setelah bisa melewati kerasnya hijab tempurung hati. Inilah yang dimaksud Rasulullah SAW, "Hakikat itu Kelakuan/karakterku."
- Air (Santan, Minyak) kelapa.
Ini diibaratkan Makrifat. Daging kelapa butuh diproses lagi agar bisa jadi Santan ataupun Minyak Kelapa. Keduanya sangat berbeda karakter, dimana Santan itu berumur pendek (cepat membusuk), seperti halnya kondisi Ahwal yang cepat berubah, dan Minyak Kelapa berumur panjang, lebih "abadi", seperti halnya rahasia keabadian ruhani manusia yang tersimpan dalam maqam ini, Baqa setelah Fana.
Inilah yang dimaksud Rasulullah SAW, “Makrifat itu adalah Rahasiaku..”
Rahasia, karena memang Makrifat itu berada di dalam Hakikat, ibarat minyak tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa diproses terlebih dulu.
Dan dari air kelapa pun bisa jadi cuka bahkan tuak yang sangat berbeda jenisnya dengan cuka, seperti halnya cuka yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, meski di lain sisi, kadangkala memunculkan tuak yang bisa "memabukkan".. 😀
**
وَعَائِيْنِ مِنَ الْعِلْمِ اَمَّا اَحَدُ هُمَا فَبَشَتْتُهُ لَكُمْ وَاَمَّااْلأَخِرُ فَلَوْبَثَتْتُ شَيْئًا مِنْهُ قَطَعَ هَذَالْعُلُوْمَ يَشِيْرُ اِلَى حَلْقِهِ
"Aku meriwayatkan dari Rasulullah SAW dua wadah ilmu: salah satunya telah kuberikan kepada kalian, adapun yang kedua, seandainya kuberikan kepada kalian, niscaya kalian akan mengasah pedang untuk memotong leherku ini --dua wadah itu ialah Syariat dan Hakikat--." (Abu Hurairah ra.)
Menurut Imam Qusyairi (dalam Risalah Qusyairiyah) :
Syariat adalah perintah yang ditetapkan dalam ibadah, sedangkan hakikat adalah kesaksian akan kehadiran peran-serta ketuhanan dalam setiap sisi kehidupan. Kita sering mengenal istilah, Musyahadah Rububiyah, yakni melihat Tuhan dengan hati.
Dikatakan demikian sebab syariat merupakan pengetahuan atau konsep merambah jalan menuju Allah, sedangkan hakikat adalah keabadian melihat-Nya.
Sementara, Thariqah merupakan perjalanan hamba meniti jalan syariat. Artinya, aktualisasi prinsip-prinsip syariat dengan ketentuan hukum yang sah.
Syariat datang dengan beban hukum dari Sang Maha Pencipta, sedangkan Hakikat bersumber dari dominasi kreativitas Al-Haqq.
Syariat merupakan penyembahan makhluk pada Sang Khaliq, sedangkan Hakikat adalah kesaksian makhluk terhadap kehadiran-Nya.
Syariat adalah penegakan apa yang diperintahkan Tuhan, sedangkan Hakikat adalah kesaksian terhadap sesuatu yang telah ditentukan dan ditakdirkan-Nya, serta yang disembunyikan dan yang ditampakkan.
Jadi, Syariat adalah Hakikat dari sisi mana kewajiban diperintahkan, dan Hakikat sebenarnya juga merupakan syariat dari sisi mana kewajiban diperintahkan bagi ahli makrifat.
Semoga..
#ombad #tasawuf #dalam