Para orang suci, meski sudah meninggal, mereka itu masih "hidup".
Rasulullah SAW bersabda :
“Para Nabi dan para Wali melakukan shalat di kubur mereka seperti halnya mereka shalat di rumah mereka.”
Jadi ketika Jokowi (serta anak istrinya) bisa masuk ke pasaréan (ruangan makam, al-Hujrah as-Syarif) Rasulullah SAW --yang juga makamnya Abu Bakar Shiddiq ra dan 'Umar bin Khattab ra--, maka sy pribadi meyakini bahwa itu semua karena diundang Rasulullah SAW.
Wallaahu a'lam.
Mungkin saja Rasulullah SAW ingin membahagiakan Jokowi dan keluarganya, karena bagaimanapun Jokowi sekeluarga itu masih umatnya juga, meski seringkali dihujat, difitnah dan dicaci-maki, yang kebetulan pelakunya juga banyak dari umat Beliau SAW.
Atau bisa juga, karena besarnya pahala dari pengabdiannya sebagai orang nomor satu dimana rakyat yg diurusnya juga kebanyakan dari umat Rasulullah SAW sendiri.
Seperti yg Rasulullah SAW katakan :
إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِر
“Sesungguhnya manusia yg paling dicintai oleh Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang Pemimpin yang adil. Sedangkan orang yg paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang Pemimpin yang dzalim.” (HR. Tirmidzi, dari Abu Sa'id ra.)
Atau bisa juga, Rasulullah SAW memberikan "sesuatu", supaya Jokowi sekeluarga tenteram jiwa dan hatinya, sehingga tetap sabar, kuat dan tegar dalam menghadapi kenakalan sebagian umat Beliau SAW yg masih membencinya, masih dengki, dan masih susah untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Pemimpinnya.
Wallahu a'lam.
Dalam tinjauan Tasawuf, kejadian seperti ini bisa dianggap sebagai suatu kejadian spiritual karena akan punya pengaruh pada dimensi spiritual pelakunya.
Rasulullah SAW adalah pemegang Nubuwah dan Risalah yg merupakan stasion (maqam) tertinggi serta merupakan sumber dari para pemegang Keirsyadan (Mursyid) dan pemegang Walayah (Wali, Aulia).
Jika berbicara Washilah (perantara, sanad), maka setiap ikhwan atau "al-Murid" akan berusaha mengikuti jalur guru Mursyidnya terkait washilah, agar bisa wushul (sampai) ke sumber, secara ilmu.
Semua Salik (pejalan), sebagai seorang Al-Murid (yang menghendaki) akan melakukan proses Riyadhah dan Muraqabah, sehingga bisa meningkat kualitasnya dan bisa menjadi seorang Al-Murad (yang dikehendaki), dan menjadi Al-Majdzub, yang ditarik/diundang untuk didekatkan.
Cuma satu hal yg harus diingat, ketika seseorang bisa "menembus" Hujrah As-Syarif Rasulullah SAW, insyaAllah ia adalah orang yang mencintai dan dicintai oleh Rasulullah, karena begitu juga jika secara batin pernah bertemu dengan ruh Beliau SAW, khususnya secara Yaqazah.
Semoga...
#ombad #tasawuf