Terlihat seliweran di wall Fb terkait Muslim Uighur, ada yg begitu bersemangat mengaitkan masalah ini dengan agama, serta "Muslim itu bersaudara" tanpa memahami substansinya, meski kadang mereka menutup mata terkait urusan Yaman.
Meski masalah Uighur ini terkait separatisme dan radikalisme di suatu wilayah dalam suatu negara, tapi selalu ada aja yg mengaitkan dengan masalah "penindasan umat Islam". Dan yang paling lucu itu kelakuan sebagian kelompok di Indonesia karena urusan inipun dimanfaatkan dalam urusan Pilpres serta opininya digiring menjadi soal agama, bahkan dipakai untuk menyerang Pemerintah RI.. katanya Pemerintah tidak peduli urusan umat.. :D
Dan yg harus diingat itu, biasanya konflik-konflik wilayah di suatu negara yg berdaulat itu dipicu oleh SDA yg berlimpah, kemudian ada unsur-unsur dari luar negara yg mempengaruhi dan ikut campur, mirip seperti kasus Suriah (urusan pipa gas). Dan sebagian Muslim di Indonesia pun dengan antusias dan euforia mendukung ISIS di Iraq ataupun IS di Suriah ketika pertama kali mereka muncul.
Dan sungguh lucu jika ada warga negara lain menjelek-jelekan TNI yg sedang menumpas (misal) OPM, lalu mereka teriak-teriak TNI menumpas umat Kristen di Indonesia.. :D
"Bila kau kenali Kebenaran kau akan tahu harus berpihak di mana.." (Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)
Mudah-mudahan beberapa tulisan di bawah ini bisa membuka Kebutaan, bisa mencerahkan sehingga memahami benang merahnya.
Semoga..
#ombad
**
MUSLIM UIGHUR DI XINJIANG DAN PERSOALANNYA
(Oleh: Mas Poetranto)
Akhir-akhir ini, media massa serempak kompak memberitakan 'penindasan' muslim Uighur di Xinjiang. Beragam detail mengerikan untuk menggambarkan betapa mengerikannya 'rezim komunis' China sudah dipaparkan.
MSM dan NGO milik Soros padu menyuarakan hal ini, yg kemudian ditambahi dengan bumbu-bumbu mengatas-namakan PBB.
Sekilas, China sedang menjalankan misi sucinya untuk menghilangkan Islam dari tanah Tongkok. Kita seolah mengalami deja vu. Benarkah sesederhana, dan sekeji itu?
Jikalah ada pelajaran yg bisa kita petik dari kehancuran Libya dan Syria, Xinjiang memiliki segala indikasi yg menahan jemari kita untuk tak terburu menekan tombol share.
Gelombang propaganda yg disamarkan menjadi berita oleh MSM biasanya menerjang bak badai, dan seperti kasus Libya dan Syria, kegemaran kita untuk reaktif tanpa riset saat menganggapi hal yg 'wah', terbukti menjadi kesalahan fatal. Haruskah kita ulangi kebodohan yg sama?
Xinjiang, merupakan daerah otonomi khusus etnis Uyghur di China - yg memiliki perbatasan langsung dengan Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Afghanistan, Mongolia dan dua daerah rawan di India, Jammu & Kashmir. Pendeknya, Xinjiang merupakan pintu masuk, dan pintu keluar utama dari Eurasia ke daratan China.
Menilik sejarahnya, konflik bukanlah hal baru di Xinjiang. Sejak Dinasti Qing, etnik Uyghur yg menjadi mayoritas di Xinjiang berulangkali memberontak pada penguasa, berdamai, dan kemudian memberontak lagi setiap kali ada kesempatan.
Namun yg menarik, Islam sebagai ideologi bukanlah satu-satunya pemicu dari pemberontakan-pemberontakan ini. Motivasi lainnya yg tak kalah penting untuk diingat, adalah melekatnya ide Pan-Turkisme, dan Nasionalisme Uyghur sendiri.
Bagi Turki, seperti dikatakan Erdogan, Xinjiang dan Uiyghur adalah bagian penting dari impian untuk membangkitkan Ottoman. Jauh saat pidatonya pada 1995, Erdogan menyatakan Turkistan Timur bukan hanya merupakan rumah bagi etnis Turkic, melainkan juga tempat kelahiran sejarah, peradaban dan budaya Turki.
Turkistan Timur, adalah Xinjiang dan Uyghur - dengan cakupan area yg lebih luas ketimbang batas provinsinya saat ini.
Selain menjadi produsen minyak yg cukup signifikan di China, Xinjiang seolah tertakdir untuk memiliki banyak masalah, terutama sejak penemuan hampir 54 mineral langka di tanahnya, dan titik cadangan minyak sangat besar di lembah Janggar, yg sudah dalam radar CIA sejak 1987.
Berbatasan dengan negara-negara di titik utama Eurasia, Xinjiang menjadi jalur penghubung utama komoditi China ke Asia Selatan. Jalur minyak dan gas yg berasal dari Laut Kaspia juga melewatinya sebelum lepas di Asia-Pasifik. Xinjiang juga menjadi titik seberang proyek fiber optik ambisius yg membentang dari Shanghai, hingga Frankfurt.
Dan tentu saja, Xinjiang, merupakan titik vital One Belt One Road (OBOR). Jalur ekonomi baru yg diprediksi akan mempercepat keruntuhan hegemoni Amerika Serikat. Dengan titik tekan geopolitik dan geostrategis seberat itu, apakah mengherankan jika Xinjiang kini membara?
Menurut catatan sejarah, Sun Yat Sen, menyatakan bahwa China merupakan hak milik bersama-rata antara suku Han, Man (Manchu), Meng (Mongol), Hui (Muslim), Tsang (Tibet), dan Miao. Uyghur tidak disebut dalam pernyataan itu, namun menilik populasinya yg sangat sedikit kala itu, China merasa sudah memberi perwakilan kaum muslim melalui suku Hui.
Bahkan di era Kuomintang, umat Islam memiliki wakil yg cukup mentereng sebagai menteri pertahanan China, yg akhirnya malah menjadi pimpinan pemberontakan Kuomintang yg didukung CIA, saat komunisme menang di daratan China.
Pasca invasi Soviet ke Afghanistan, usaha untuk berebut pengaruh di kalangan muslim dan etnis Turkic (termasuk Uyghur) menjadi tak terkendali. China merasa Soviet sedang berupaya mengepungnya, dan mengerahkan migrasi muslim Hui besar-besaran ke Xinjiang sebagai tameng.
China juga mengupayakan peningkatan populasi Uyghur secara masif, yg berhasil menambah jumlah etnis Uyghur dari 4 juta menjadi 8 juta orang dalam 4 dekade saja.
Namun, upaya gegabah China untuk mendirikan kamp pelatihan bagi mujahidin Afghanistan dan memberi senjata senilai jutaan dolar pada mereka, terbukti akan menjadi batu sandungan di kemudian hari.
Kekhawatiran China akan maraknya ekstrimisme mengatasnamakan Islam yg bermuara dari Xinjiang bukan isapan jempol belaka. Sejak 2007 saja, sudah terjadi lebih dari selusin serangan teror yg mengatasnamakan Muslim Uyghur sebagai pelaku dengan yang terakhir adalah pembantaian 50 penambang batubara di Aksu, yg dilakukan oleh anasir Turkistan Islamic Party (TIP).
Dengan sejarah yg sedemikian ruwet dan ketidakakuran politis dengan suku Hui yg lebih moderat serta tendensinya untuk melakukan kekerasan dan mudah terhasut radikalisme, Uyghur mengalami perlakuan berbeda dibanding muslim lainnya di China.
Diskriminasi dan pengamanan yg lebih ketat menjadi makanan Uyghur sehari-hari, dan pemerintah China, cenderung terlihat reaktif akhir-akhir ini, dengan upaya 'menyekolahkan' kembali para radikalis, yg kemudian digoreng MSM (milik Soros) sebagai, Kamp Konsentrasi.
Jadi, apakah benar bahwa China memiliki misi tertentu untuk menggerus Islam?
Di sini kepingan-kepingan ini menjadi menarik. Turkistan Islamic Party (TIP) merupakan salah satu organisasi teror yg tumbuh subur di kalangan Uyghur Xinjiang. TIP memiliki hubungan erat dengan Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) dan Talibani Pakistan, dengan ideologi yg sama persis dengan al-Qaeda.
Bahkan, salah satu pimpinan TIP, ditahbiskan menjadi anggota dewan syura al-Qaeda. Di Perang Syria, TIP juga menjadi penyedia utama petempur Uyghur, dengan mengirimkan Brigade Turkistan, yg sempat masyhur dalam operasi Jisr al-Shughur, ibukota Idlib - dimana mereka mengepung rumah-sakit yg dijaga oleh tentara Syria selama 27 hari, lalu mengeksekusi mereka yg menyerah karena kehabisan logistik.
Uniknya lagi, para petempur Uyghur menyeberang ke Syria melalui Malaysia via Kamboja dan Thailand, untuk kemudian menuju Turki menggunakan paspor Turki. Seorang kepala distrik Zeytinburnu, Nurali - mencetak lebih dari 100.000 paspor Turki palsu untuk petempur Uyghur. Meski pihak keamanan Turki mengetahui tentang paspor palsu tersebut, para petempur Uyghur ini hanya ditahan paspornya namun diijinkan masuk ke Turki dan berkumpul di sana, yg kemudian masuk ke Syria dan Iraq melalui Turki selatan.
Rekam jejak ekstrimis Uyghur ini juga tak kalah mengerikan. Bersanding setara dalam hal kekejaman dengan petempur Jabhat Nusra, 'jihadis' Uyghur disebut tak kenal ampun, seperti dalam pembantaian di Qalb Loze. Mereka juga terkenal susah bergaul dengan selain etnisnya sendiri, dan yg tak kalah penting, mereka juga membanjiri Idlib dengan anak dan istrinya.
Perubahan demografi Idlib ini begitu kentara, hingga menyebabkan China sedang mempertimbangkan untuk ikut serta dalam operasi militer di Idlib. Pendeknya, China ingin memastikan bahwa para ekstrimis Uyghur dari daratan China, tumpas dengan tuntas.
Namun rencana ini juga memberikan implikasi serius bagi kerabat puluhan ribu militan yg masih tertinggal di Xinjiang. Sejak penerapan zona de-eskalasi, Erdogan mencoba mempersempit kekalahan dengan menutup pintu rapat bagi Uyghur yg hendak berlindung ke Turki, yg menjadikan mereka tak punya pilihan lain selain bertempur hingga mati, atau berupaya pulang ke Xinjiang dengan berbagai cara.
Menjelang dimulainya operasi militer di Idlib, pengetatan keamanan juga meningkat di Xinjiang. Hal ini merupakan sesuatu yg tak terelakkan, mengingat sebagian besar 'jihadis' - meski telah membawa anak dan istrinya - masih memiliki hubungan kerabat di kampung halaman.
Neocon, tentunya, tak ingin tinggal diam dan menonton kekalahannya di Syria tanpa mengambil setitik keuntungan pun. Eskalasi media dan sentimen agama atas respon preventif China yg tergolong reaktif di Xinjiang merupakan opsi terbaik untuk memicu instabilitas di daerah kunci tersebut.
Setelah kegagalan menerobos China melalui Korea Utara, jika masyarakat Islam dan dunia kembali tersengat dengan umpan kali ini, pintu ke daratan China akan terbuka lebar - dan mimpi akan OBOR akan sirna.
Di Xinjiang, menjadi muslim Uyghur merupakan hal yg problematik. Diperlakukan secara kontras berbeda dengan saudara muslimnya beretnis Hui, diskrimnasi yg dialami etnis Uyghur secara politik patut menjadi keprihatinan kita, dan wajib kita suarakan. Namun jangan terlena, China tidak sedang melancarkan perang pada Islam, namun pada sisi radikalnya, meski dengan cara yg cukup radikal pula.
Dalam wawancara dengan AP, seorang petempur Uyghur menyatakan, "Kami tak peduli bagaimana pertempurannya, atau siapa Assad. Kami hanya ingin belajar menggunakan senjata-senjata ini lalu kembali ke China."
Graham Fuller, seorang agen CIA senior yg turut membidani insiden Iran-Contra; menjadi penjamin Fethullah Gulen di AS; yg juga hadir di Istanbul dalam kudeta gagal beberapa waktu lalu; dan yg juga pernah menulis buku perang filosofis "The Xinjiang Project" pada 1998, pernah menyatakan, "Kebijakan untuk membimbing evolusi Islam dan membantu mereka melawan musuh-musuh kita berjalan dengan luar biasa di Afghanistan melawan Uni Soviet. Doktrin yg sama masih bisa digunakan untuk mengacaukan apa yang tersisa dari kekuatan Soviet, terutama untuk mengatasi pengaruh China di Asia Tengah."
Know your enemy and Use your Brain.
**
UYGHUR, PROJEK BARU NARASI KEBENCIAN
(Oleh : Zam Iman)
"Bila kau kenali kebenaran kau akan tahu harus berpihak dimana" inti frasa dari Imam Ali Bin abi Thalib ini mendorong dan menyadarkan semua insan bahwa kebenaran perlu dikenali karena kebohongan dan kebatilan dapat menyerupainya.
Setelah berkeliling dengan semua postingan uyghur beberapa hari ini, saya berkesimpulan ini hanyalah wajah yang sama seperti apa yang terjadi di libya, suriah, dan irak.. Sebuah operasi tipu daya, konspirasi intelejen dan tangan-tangan busuk iblis "you know who" yang selalu bermain dalam permainan2 berbahaya seperti ini.
Tapi sebenarnya mereka selalu menunjukkan wajah yang sama, hanya tempat dan waktu yang berbeda.. Selalu dalam bentuk proxy war yang dengannya tangan-tangan mereka tidak ikut tercemar bahkan bersembunyi dalam topeng-topeng hak asasi manusia. "you know who" punya keuntungan dengan adanya media sosial yang bahkan lebih kuat dibanding media-media resmi rilis mereka.. Mengapa karena di media sosial terlalu banyak awam dan lebih mengedepankan simpati dibanding ketajaman akal dan invetigasi.
Dua hal yang saya syukuri telah menjadi benteng terbaik saya dalam jelajah "hoax" dan berita palsu.... Pertama, saya sangat mengerti apa yang photoshop dapat lakukan dan jenis-jenis manipulasi digital yang dapat dilakukan... Untuk hal ini saya juga termasuk pelakunya... Merubah moment biasa jadi drramatis adalah pekerjaan kami dalam memotret dan olah digital. Kedua, pengalaman mendalami jurnalistik di kampus telah menghantarkan saya mengenal sifat dan bentuk karya jurnalistikwalau kelasnya tidak expert... Saya hentikan saja promosi tentang saya itu disini..
Pada intinya saya hanya ingin membagikan lebih awal sinyal bahaya dan hujan berita hoax saat awal2 pemberitaan suriah dan libya akan kembali menggulung sebesar-besarnya. "you know who" ini seakan tidak bisa berhenti dan membiarkan orang-orang lugu media sosial ini merasa hidup dalam dunia yang nyaman, dan mereka memaksamu untuk ikut campur minimal dalam bentuk ikut menyebarkan berita bohong dan tentu saja narasi kebenciannya.. Dan yang paling dicari sebenarnya adalah dukungan donasi dan relawan "jihadis" lugu nan siap mati karena fanatisme agama dan sektarian.
Ciri khas dari "you know who" ini..
1. Selalu saja mencampuri urusan dan kedaulatan negara-negara merdeka dalam penanganan internal mereka sendiri.
2. Mereka akan selalu berjuang atas nama kemanusiaan dan hak asasi yang tentu setiap orang akan membelanya.
3. Dibalik itu semua, daerah2 yang berkecamuk selalu ada SDA melimpah namun samar dalam pemberitaan mereka... Tujuannya apa lagi klo bukan menguasainya.
4. Afiliasi dengan gerakan - gerakan separatis dari daerah konflik dengan perjanjian bawah tangan yang sangat samar.
5. Di saat benih api telah terpercik mereka akan muncul bak pemadam kebakaran yang bersiap menyelamatkan namun membawa ribuan penderitaan yang lebih pelik.
Indonesia bersiaplah.. Isu Uyghur ini akan cepat terserap dan ditelan orang-orang Indo yang merasa agama mereka sama, padahal separatisme dan terorisme bisa muncul dalam bentuk agama apapun!.
Satu lagi yang membuat Imdonesia adalah target terbaik.... Disini lagi marak sentimen anti china dan komunisme... Membuat mereka akan dengan lahapnya menyuarakan dan menyebarkan ini.
Indonesia pengguna internet terbanyak no. 5 dunia, (dalam versi lain 6) namun dengan pemahaman terbawah dari negara maju untuk urusan cyber savvines...dengan kata lain penggunanya kebanyakan "click and see". Bukan know it and click it...
Berita palsu dan foto2 palsu beredar dalam pemberitaan uyghur ini sangat sulit ditelaah karena dengan memanfaatkan luasnya ras indo-china ini... Yang saya maksud kejadian kekejaman di bagian manapun di belahan dunia ini dengan model orang china dapat disusupkan di pemberitaan hoax dan penyebaran narasi kebencian ini. Ini juga terjadi di suriah, yang penting modelnya arab semuanya masuk dalam pemberitaan suriah.
Pada intinya bersabarlah iblis tidak akan bertahan lama dalam rupa malaikat, bila dengan memegang erat kasih yang dalam tiap agama manapun diajarkan kau tidak akan menanggapi ajakan perpecahan, narasi kebencian, ajakan rusuh, juga dompetmu terjaga dari donasi-donasi yang tidak ketahuan ujung rimbanya. Mereka memanfaatkan sisi empatimu yang terbungkus fanatisme dan kesombongan agama manunggal!. Jangan bodoh diam lebih baik dari pada ikut dalam membangun narasi kebencian ini!
Biarkan mereka yang ahli bekerja, "sungguh dunia ini huru-hara karena semua urusan tidak diserahkan pada ahlinya. (Ali bin Abi Thalib)
Emosi dan ketergesaan kita semua adalah celah yang baik dalam upaya menghancurkan sesama tanpa mengotori tangan mereka.
Sekali lagi bersabarlah, bunuh hawa nafsu mu di media sosial dengan tidak mudah share berita yang memicu emosi dan ketergesa-gesa an, bagaimanapun "tergesa-gesa" adalah wujud dari sifat setan dalam diri kita. Dinginkan dadamu!. Agama manapun tidak akan berharap jatuhnya korban.