04 September 2018

MAHABBAH

Mahabbah adalah bentuk masdar dari kata al-Hubb, dan berasal dari kata Ahabba, Yuhibbu, Mahabbatan, yg secara harfiah berarti mencintai secara mendalam, bening dan bersih.

Mahabbah merupakan keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu melebihi kepada yg lain atau ada perhatian khusus, sehingga menimbulkan usaha untuk memiliki dan bersatu dengannya, sekalipun dengan pengorbanan.

Dalam konteks tasawuf, Mahabbah adalah suatu ajaran tentang cinta atau kecintaan kepada Allah. Sampai semua kecenderungan hatinya hanya kepada Allah.

Al-Sarraj (w. 377 H) membagi Mahabbah menjadi tiga tingkatan yaitu:

1. Cinta orang AWAM, yaitu selalu mengingat Tuhan dengan dzikir, senantiasa menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan.

2. Cinta orang SHIDDIQ, yaitu orang yg kenal kepada Tuhan, pada kebesaran-Nya tabir yg memisahkan diri seseorang dari Tuhan, dan akhirnya bisa melihat rahasia-rahasia pada Tuhan.

3. Cinta orang ‘ARIF, yaitu mengetahui betul Tuhan, yg dilihat dan yg dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yg dicintai. Akhirnya sifat-sifat yg dicintai masuk ke dalam ciri yg mencintai.

Mahabbah harus bisa diraih karena menjadi salah satu acuan untuk membebaskan diri dari hijab Syirik Khafi (kecenderungan hatinya), bahkan lebih tinggi dan lebih sempurna kualitasnya daripada Khauf dan Raja’ (takut dan pengharapan), karena Mahabbah ini tidak mengharapkan apa-apa dari Allah kecuali ridha-Nya.

Kecenderungan Hati yg dimaksud adalah merindukan "pertemuan" dengan Tuhannya karena rasa Mahabbahnya.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ (صحيح البخاري ج: 5 ص: 2384)

Dalam sebuah Hadist Qudsi, Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman :

Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku atau wali-Ku maka Aku menyatakan perang terhadapnya.
Tidak seorang hamba pun mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yg paling Aku cintai, melainkan dengan apa yg telah aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak akan berhenti mendekati-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Ketika Aku telah mencintainya, maka Aku yg akan menjadi telinganya yg digunakannya untuk mendengar, Aku akan menjadi matanya yg digunakannya untuk melihat, Aku akan menjadi tangannya yg digunakannya untuk memukul, Aku akan menjadi kakinya yg digunakannya untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh Aku akan mengabulkannya, dan jika meminta perlindungan-Ku maka sungguh Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda,

Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah akan senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak akan senang bertemu dengannya.” (HR. Bukhari)

Barangsiapa yang mencintai sesuatu tanpa ada kaitannya dengan Mahabbah kepada Tuhan adalah suatu Kebodohan dan Kesalahan karena hanya Allah yang berhak dicintai.” (Imam Ghazali ra.)

Perlu dipahami bahwa hasil yg dicapai dari proses beragama (ibadah) itu sangat berhubungan dengan konteks Mahabbah. Coba direnungkan, kenapa surah-surah dalam al-Quran (kecuali Surah at-Taubah) selalu diawali Basmallah (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang).

Dan silakan renungkan juga kenapa ada Hadist ini :

Rasulullah SAW bersabda,

"Orang-orang yang penyayang disayangi Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah yang ada di bumi, maka yang ada di langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi)

"Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia niscaya Allah tidak akan menyayanginya." (HR. Bukhari - Muslim)

Ilahi anta maqsudi wa ridhoka mathlubi a'tini mahabbataka wa ma'rifataka.

Semoga..
#ombad #tasawuf #mahabbah