Riya’ itu merupakan masalah pelik dan sulit untuk dikendalikan batin karena membutuhkan kebeningan hati, objektivitas dan niat yg lurus dalam berbagai pengamalan aspek ibadah.
“Kamu sekalian tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dengan ikhlas kepada-Nya dalam agama dengan lurus.” (QS. al-Bayyinah :5)
Banyak ahli ibadah yg terpeleset oleh Riya’, sampai akhirnya terjatuh ke dalam jurang Kesombongan dan Kemunafikan. Artinya, Riya’ bisa menjadi penyebab dalam menumbuhkan dan menyuburkan Kesombongan dan Kemunafikan.
Lillaahi Ta'ala (karena Allah) --sebagai salah satu parameter tidak adanya sifat Riya'-- itu sangat sulit karena harus bisa mengesampingkan hal-hal yg berhubungan dengan makhluk ketika sedang taqarrub kepada Allah SWT, apakah itu sifat memperoleh pujian, atau pun penghormatan dari manusia, ataupun konotasi kehendak selain taqarrub kepada Allah SWT semata.
Jadi bisa dikatakan bahwa Riya' dalam diri seseorang itu akan hilang jika telah bisa Ikhlas, karena hanya Ikhlas yg bisa menyucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan sesama makhluk, atau dengan kata lain, bisa melindungi diri sendiri dari urusan individu-individu manusia.
Rasulullah SAW bersabda :
“Aku bertanya kepada Jibril as tentang ikhlas, apakah ikhlas itu? Lalu Jibril berkata : 'Aku bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci tentang IKHLAS, apakah sebenarnya? Allah SWT menjawab,
“Suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Ku-cintai.” (HR. Al-Qazwini, riwayat dari Hudzaifah ra.).
Hadist di atas bisa dimaknai bahwa peringkat Ikhlas itu bisa dicapai oleh hamba-hamba Allah yg sudah terbuka Sirr nya dan sudah dicintai sebagai Kekasih-Nya (para Wali Allah atau Aulia).
Semoga...
#ombad #tasawuf