10 January 2018

TASAWUF DALAM SEBUAH GUNUNG

Perjalanan spiritual itu seperti mendaki gunung yg sangat tinggi dan tidak ketahuan puncaknya karena selalu tertutupi awan sepanjang masa.

Selain bekal riyadhoh yg cukup, juga dibutuhkan tekad dzikir yg besar dan kekuatan Qalbu yg mumpuni. Semua bekal ini harus dipersiapkan dengan cara melatih diri dibawah bimbingan pendaki yg pernah sampai (wushul) di puncak tertingginya.

Dan ingat, makin naik ke atas akan makin sedikit pendaki, karena banyak yg tak mampu meneruskan perjalanan. Alasannya bisa bermacam-macam, tapi secara garis besar terbagi dua macam :

- Faktor internal, berupa Kelemahan diri, sehingga hal-hal seperti ini dianggap sebagai penghambat: kedinginan, kepanasan, kekurangan makan minum, pakaian robek compang-camping, dsb.

- Faktor eksternal, sehingga membuat Kekhawatiran dan Keraguan, seperti: ketemu binatang buas, ikut rombongan lain yg sama-sama tersesat, tergiur keindahan pemandangan, jatuh cinta ke sesama pendaki, dsb.

Ketika makin naik ke atas, maka pemandangan di bawah pun akan makin terlihat luas, bukan semakin sempit. Dunia terlihat sedemikian luasnya. Betapa sungai-sungai saling bersambung, kampung satu dengan yg lainnya pun saling berhubungan, perpaduan bukit dan lembah di sebelah sana sedemikian serasi, dsb.

Hal ini tentu berbeda jika kita hanya berdiam di sebuah kampung dan menutup diri. Dunia makin terasa sempit dan pikiranpun menyempit.

Dan tentunya, makin ke atas dan mendekati puncak akan semakin dingin dan semakin sunyi karena semakin sedikit para pendaki. Kadang perasaan ini membuat ragu, apakah jalan yg ditempuh benar atau salah.

Konsisten saja seperti yg dinasehatkan para pendaki puncak tertinggi. Pilihan awalnya itu kan supaya bisa sampai ke puncak, jadi tanamkan saja Rasa Butuh untuk sampai ke puncak. Dan jangan lupa, sejak awal keberangkatan, sebagai seorang pendaki yg baik, janganlah sombong, kita ini tetap kecil dan hina walau sedang berada di puncak gunung yg menjulang tinggi dan kokoh sebagai pasak bumi.

"Engkau tak perlu merasa Kesepian saat berada di jalan kebenaran, hanya karena sedikitnya jumlah orang yg ikut di jalan tersebut." (Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)

Aku mendatangi semua pintu Allah Azza wa-Jalla, dan yg kudapati penuh sesak, namun ketika aku datangi 'Pintu Hina Dina dan Rasa Butuh', rasanya begitu sunyi. Ketika aku masuki melalui pintu tersebut, tiba² aku sudah berada di paling depan mendahului kaum sufi dan aku tinggalkan mereka yg berdesak-desak memasuki pintu-pintu-Nya yg lain.” (Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs.)


Semoga....
#ombad #tasawuf