26 October 2017

EGO = (SUBJ + KEBERFIHAKAN) - INTROSPEKSI

INTROSPEKSI diri itu harus bisa dilakukan, karena akan jadi lucu jika tidak dilakukan.

Misal,

- Bagaimana lucunya seorang ustat yg selama 3 tahun selalu menghina Pemerintah saat memberi nasihat, “Sebagai seorang Muslim jangan menghina gubernur muslim.."

- Bagaimana lucunya seseorang yg selalu berasumsi negatif ke Pemerintah, lalu memberi nasihat, "jangan buat asumsi yg negatif" saat yg didukungnya dijelekin orang lain.

- Bagaimana lucunya seseorang yg gemar menyantap hoax dan ikut menyebarkannya, tetapi sering memberi nasihat, "jangan suka ghibah dan menyebarkan fitnah" saat pujaannya tersebar negatif.

- Bagaimana lucunya seseorang yg masih kerja ke negara, tetapi di keseharian sering menjelekkan pemerintahan negaranya.

- Bagaimana lucunya saat seseorang yg gemar menuduh "pencitraan" kepada yg tidak disukainya, sementara ia sendiri selalu "mencitrakan" baik dan wow kepada yg disukainya.

Itulah Ego. Subjektivitas akibat Keberpihakan memang akhirnya akan memupuk dan memperbesar Ego. Dan besarnya Ego ini di satu sisi mengakibatkan ilusi "merasa benar" bagi seseorang, tetapi di sisi lain akan terlihat lucu oleh orang lain. Kenapa..? Iya lucu, karena memang masih kekanak-kanakan.. :D

Memang, menjadi tua itu suatu keniscayaan, sedangkan menjadi dewasa itu adalah pilihan.

"Aku heran pada orang yg sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yg ada pada dirinya." ('Ali bin Abi Thalib kw.)

ﻣﻦ ﻛﺎﻧﺖ ﻫﻤّﺘﻪ ﻣﺎ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺑﻄﻨﻪ ﻛﺎﻧﺖ


"Barangsiapa perhatiannya hanya pada apa yg masuk ke dalam perutnya, maka nilai seseorang tidak lebih dari apa yg keluar dari perutnya.” ('Ali bin Abi Thalib kw.)

**

TANDA KEDEWASAAN

Bertambah usianya seseorang, belum tentu bertambah juga kedewasaannya. Kedewasaan ini sangat berhubungan dengan kematangan emosinya, dimana secara sederhana perkembangan emosional yg bersangkutan tidak lagi menampilan pola emosional yg pantas bagi anak-anak

Ada beberapa tanda Kedewasaan (Kematangan Pribadi), diantaranya :

01. When you stop trying to change others but focus on changing yourself instead.
(Ketika Anda berhenti mencoba untuk mengubah orang lain, tetapi lebih berfokus ke merubah diri Anda sendiri).

02. When you understand everyone is right in their own perspective.
(Ketika Anda mengerti bahwa siapapun itu benar menurut sudut pandang mereka sendiri).

03. When you are able to differentiate between "need" and "want" and are able to let go of your wants.
(Ketika Anda mampu untuk membedakan antara "butuh" dan "ingin" dan Anda sanggup untuk merelakan "keinginan" Anda).

04. When you are able to drop "expectations" from a relationship and give for the sake of giving.
(Ketika Anda mampu menghilangkan "ekspektasi" dari sebuah hubungan, dan memberi karena hanya ingin memberi, tanpa mengharapkan balasan).

05. When you understand whatever you do, you do for your own peace.
(Ketika Anda mengerti apapun yang kita lakukan, Anda melakukan untuk kedamaian Anda sendiri).

06. When you stop proving to the world how intelligent you are.
(Ketika Anda berhenti membuktikan kepada dunia betapa pandainya Anda).

07. When you do not seek approval from others.
(Ketika Anda  tidak mencari pengakuan dari orang lain).

08. When you stop comparing yourself with others.
(Ketika Anda berhenti membandingkan diri Anda dengan orang lain).

09. When you know what you have to do and do it anyway.
(Ketika Anda tahu apa yg harus Anda lakukan dan melakukannya).

10. When you stop attaching happiness to material things.
(Ketika Anda berhenti menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal materi).

11. When you accept people as they are.
(Ketika Anda menerima orang apa adanya).

12. When you learn to "let go".
(Ketika Anda belajar untuk "merelakan").

13. When you are at peace with yourself.
(Ketika Anda berdamai dengan diri Anda sendiri).

Semoga...

#ombad #tasawuf