11 September 2017

TONTONAN KESALEHAN

Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk tidak mudah terpesona dengan TONTONAN KESALEHAN dan PARADE KEIMANAN.

Seseorang tidak akan menjadi orang saleh selama dirinya merasa menjadi orang yg paling saleh. Seseorang itu bukan orang yg benar selama dirinya merasa menjadi orang yg paling benar dan membusungkan dada di hadapan orang banyak. Karena Kesalehan Sejati adalah Kerendahan Hati.

Bahkan orang yg paling saleh adalah orang yg merasa dirinya paling berdosa, dan sebaliknya, orang yg paling berdosa adalah orang yg merasa dirinya paling saleh. Dan orang yg paling beriman adalah orang yg merasa dirinya paling dzalim/kufur, dan sebaliknya, orang yg paling dzalim adalah orang yg merasa dirinya paling beriman.

Dalam Musnad Imam Ahmad ra. ada Hadist yg menyiratkan kondisi di atas :

Pada suatu hari, para Sahabat memperbincangkan rekannya yg sangat saleh di hadapan Rasulullah SAW. Rasul tidak memberikan komentar sedikit pun, padahal ia adalah manusia yg senang memuji kebaikan orang betapapun kecilnya. Tiba-tiba orang yg dibicarakan itu muncul.

Mereka semua berkata, "Inilah orang yg kami bicarakan, wahai Rasulullah."

Rasul yg mulia berkata, "Tetapi aku melihat bekas usapan setan di wajahnya."

Orang itu mengucapkan salam, kemudian duduk di majelis. Rasulullah mendekatinya dan bertanya, "Apakah setiap kamu masuk ke dalam kumpulan orang, kamu merasa bahwa kamulah yg paling baik di antara mereka..?"

Ia menjawab, "Benar."

Tidak lama kemudian, ia bangkit dan pergi shalat ke masjid. Nabi berkata,
"Siapa yg akan membunuh orang itu..?”

Abu Bakar menyatakan kesediaannya. Beberapa saat kemudian, Abu Bakar kembali.

"Bagaimana mungkin saya membunuhnya. Ia sedang shalat dengan rukuk yg sangat khusyuk.” kata Abu Bakar.

Ketika Rasulullah mengulangi pertanyaannya, 'Umar berdiri menuju orang itu. Ia juga kembali dengan mengajukan keberatan, "Tidak mungkin saya membunuhnya. Ia sedang meratakan dahinya di atas tanah, bersujud dengan sangat khidmat."

Dan yg terakhir adalah giliran 'Ali. Ia bertekad untuk membunuhnya dalam keadaan apa pun. Tetapi ia kembali, masih dengan pedang yg bersih. Ia melaporkan bahwa orang itu sudah tidak berada lagi di masjid.

Rasulullah bersabda, "Jika kalian membunuh dia, umatku tidak akan terpecah setelah ini."

Hadist di atas jangan dimaknai secara harfiah, masa orang shalat mau dibunuh.. :D

Jadi Hadist itu bukan untuk mengajarkan membunuh orang yg shalat, tapi Hadist itu mengajarkan bahwa sifat "merasa paling saleh", "merasa paling baik", dan "merasa paling beriman" seperti itu bukan ciri hamba yg Saleh dan Beriman, dan sifat tersebut harus bisa "dibunuh" dalam diri seseorang.

Apalagi dipertontonkan "merasa saleh dan beriman" nya, karena artinya "pada wajahnya ada bekas usapan setan".. atau dengan kata lain, sudah tertipu setan.

Semoga...

#ombad #tasawuf