10 September 2017

PENGEMBARA KEHAUSAN

Seorang Pengembara yg sedang menderita kehausan berdiri di tepian sebuah sungai yg terhalangi dinding yang tinggi. Tembok itu menghalangi dia untuk mendapatkan air yang ia rindukan seperti rindunya seekor ikan akan air lautan.

Dengan susah payah, ia lalu melemparkan pecahan batu kerikil dari tembok itu ke dalam air. Suara percikan air yang tertimpa kerikil terdengar di telinganya seperti suara seorang sahabat yang indah dan lembut. Ia begitu bahagia mendengar suara percikan air itu.

Karena bahagianya, ia mulai merobohkan batu bata benteng itu satu per satu. Suara gemercik air di bawah seakan berkata kepadanya, "Apa yang kau lakukan..?"

Lelaki yang kehausan menjawab,

Aku memperoleh dua hal dan aku takkan pernah berhenti melakukannya.

Pertama, aku ingin mendengar bunyi gemercik air. Suara percikan air bagi orang yang kehausan sama seperti suara terompet Israfil yang membangunkan kehidupan bagi orang mati; sama seperti bunyi hujan di musim semi yang membuat kebun merekah dengan segala kemegahannya; sama seperti hari-hari sedekah bagi seorang pengemis; atau sama seperti berita kebebasan bagi seorang tawanan..

Kedua, setiap kali aku merobohkan bebatuan benteng dan melemparkannya ke bawah, aku menjadi lebih dekat dengan air yang mengalir. Setiap bongkah tembok yang aku jatuhkan membuat benteng ini menjadi lebih rendah. Menghancurkan dinding pemisah ini akan membawaku kepada kesatuan..

Meruntuhkan benteng pemisah adalah makna dari bersujud. Bukankah Tuhan berkata, bersujudlah dan dekatkanlah dirimu kepada-Ku. Selama tembok itu berdiri tegak, sepanjang itulah tegak penghalang yang menyebabkan orang tak bisa menundukkan kepalanya di dalam shalat. Engkau takkan pernah bisa benar-benar bersujud kepada air Kehidupan selama engkau belum membebaskan dirimu dari tubuh fisikmu..

Makin haus orang yang berada di atas benteng, makin cepat pulalah ia meruntuhkan bebatuan. Makin besar cintanya kepada suara gemercik air, makin banyak pulalah bongkahan batu bata yang ia runtuhkan…"

Dan Pengembara yang kehausan itu kini telah berhasil meruntuhkan seluruh Tembok Pemisah. Ia telah dekat dengan sungai yang mengalir. Namun, ia merasa malu karena seluruh tubuhnya kotor berdebu, sementara air itu begitu bersih, bening, dan suci.

Sungai itu lalu bertanya, "Bukankah kau telah berusaha keras untuk merobohkan bebatuan. Sekarang setelah kau dekat denganku, mengapa kau tak mau menghampiriku..?"

Lelaki itu menjawab, "Tidak mungkin bibirku yang kotor aku tempelkan kepada air yang begitu suci.”

Sungai itu berkata lagi, "Tanpa airku, mana mungkin kau bisa membersihkan dirimu.."

<3

Semoga...

#ombad #tasawuf #rumi