Pemahaman pada level dasar itu, "kafir" identik dengan "beda agama", selain Muslim disebutlah Kafir, meski yg dianggap "kafir" itu pun mengimani (percaya, believers) kepada Tuhan.
Padahal secara bahasa, kata "Kafir" (tertutup, kufur, cover) itu lawan katanya adalah "Asy-Syaakir" (orang yang bersyukur). Itu makanya ada istilah "kufur nikmat". Artinya ini terkait kualitas Hati, dimana Hatinya tertutup oleh Kebenaran. Sementara itu, jalan menuju Kebenaran banyak sekali, bukan milik satu kelompok atau agama saja.
Perlu diketahui, pada masa sebelum Islam, istilah "kufur" digunakan untuk para petani yg sedang menanam benih di ladang, lalu menutupnya (kufur) dengan tanah. Itu makanya para petani (waktu itu) disebut juga sebagai “kuffar” (bentuk jamak dari kafir).
Seiring waktu, istilah "kafir" mulai bergeser dan dijadikan alat politik, khususnya dilegalisasi dalam meraih Kekuasaan atas nama agama (perang, pembunuhan, dsb). Padahal jelas-jelas dalam Al-Quran, selain istilah "Kafir", ada juga istilah "Musyrik", "Murtad", "Yahudi", "Nasrani", "Sesat", dsb.
Al-Quran sendiri tidak melakukan gebyah uyah bahwa selain Muslim semuanya adalah Kafir. Bahkan sudah merasa Muslim pun belum tentu diakui "muslim" oleh Tuhan, apalagi "mukmin". Itu makanya orang Islam harus memperbaharui keimanannya terus menerus. Silakan temukan dalam shalat dan ibadah-ibadah anda. Jika ibadahnya belum bisa merendahkan hati, ya bisa dianggap belum ibadah.
"... Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (QS. Al-Maaidah: 82)
Dan sangat mungkin jika yg mengaku Muslim ternyata batinnya itu belum Tunduk sepenuhnya kepada Tuhannya, buktinya melakukan perbuatan-perbuatan tercela (korupsi, sombong, syirik khafi, dsb), artinya apa..? Ya belum Muslim secara haqiqi, atau bisa disebut "merasa sudah Muslim" padahal banyak Kufur di dalam dirinya.
"Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl : 125)
Jadi kurangi menunjuk ke luar dengan tujuan men-suci-kan diri sendiri karena itu hawa nafsu sangat rendah yang sangat samar. Dan jika masih seperti ini, artinya masih ada Kekafiran dalam diri.
"Fir'aun sudah tidak ada, Qarun telah berlalu, bangsa 'Ad dan Tsamud telah musnah. Maka tidak lain yg dimaksud oleh ayat-ayat al-Qur'an itu adalah kalian sendiri." ('Umar bin Khatthab ra.)
Dan hasil dari beragama yaitu Akhlaq, salah satunya adalah tidak menyakiti perasaannya dengan panggilan "kafir",
"Dia yang bukan saudaramu dalam Iman adalah saudaramu dalam Kemanusiaan." ('Ali bin Abi Thalib kw.)
Bukankah Rasulullah SAW pun tidak memanggil pamannya, "Hai Kafir..."
**
Ketika seseorang mempelajari dan menggali makna ayat-ayat al-Qur'an itu kadang suka lupa diri sendiri.
Contoh-contoh Keburukan yg tertera didalam al-Qur'an semisal Firaun, Qarun, Abu Lahab, Kafir, Musyrik, dsb bukannya dijadikan "petunjuk" tetapi malah dipakai untuk "menunjuk".
Mudah-mudahan ke depan itu, ketika kita menggali ayat-ayat Allah ini, maknanya bisa jadi petunjuk dan bisa dipakai untuk "membuka" dan "menelanjangi" Keburukan dan Kebodohan diri sendiri.
Dan mulailah berhenti dijadikan alat untuk "menunjuk" keburukan dan kebodohan orang lain.
Seperti halnya yg dikatakan Sayyidina Umar bin Khatthab ra. sewaktu berceramah di depan para Sahabat selepas Rasulullah SAW wafat :
"Fir'aun sudah tidak ada, Qarun telah berlalu, bangsa 'Ad dan Tsamud telah musnah. Maka tidak lain yg dimaksud oleh ayat-ayat al-Qur'an itu adalah kalian sendiri."
Dan Instropeksi itu gerbang menuju Taubat.
Semoga...
#ombad #tasawuf