24 January 2019

TASAWUF DALAM SEEKOR ULAT

Lihatlah, saat seekor ulat dengan begitu tekun, tanpa mengeluh, memakan sedikit demi sedikit setiap bagian dedaunan. Semua dilakukan meski dengan segenap keterbatasan yg dimilikinya. Setiap bagian dedaunan perlahan dipotong, lalu dikunyah dengan lembut, hingga menjadi sangat halus. Seakan begitu menikmati seluruh tugas dan pekerjaan dalam hidupnya.

Sampai akhirnya tiba pada suatu fase dimana semua makanan ini dijadikan bahan dasar dalam pembuatan rangkaian benang halus yg terjalin sedemikian rupa dan terbentuklah sebuah Kepompong. Sebuah Media dan sekaligus dijadikan sebagai Tempat transformasi dirinya, untuk menanti jawaban dan sekaligus janji Tuhan, khususnya dalam kehidupan selanjutnya.

"Diam" dan hanya bisa "terdiam" di balik penantian dalam Kesabaran dan Keyakinan, bahwa akan ada sesuatu yg indah, menanti di balik perjuangan yg dijalani. Hingga tiba masanya dimana perjuangan dan pengabdian tersebut dijawab oleh Tuhan.

Seekor Ulat pun menjelma menjadi seekor Kupu-kupu, dia telah membuat siapapun yg memandangnya terpesona atas keindahan sepasang sayapnya. Seperti halnya kesiapan seorang Salik untuk "terbang" dengan dua sayap ilmunya sehingga bisa untuk memasuki Haramil Qudsiyah dengan aman dan ridha-Nya. Keterpaduan antara Ilmu Dzahir dan ilmu Batin.

Sungguh, begitu juga halnya kita, sebagai manusia, ada kalanya kita harus berhenti sejenak disela-sela kesibukan, kegiatan dan rutinitas kehidupan. Berhenti sesaat bukan untuk menyerah, namun itulah waktu yg tepat untuk menunjukkan seberapa besar manusia sebagai salah satu makhluk-Nya ini punya rasa tunduk, patuh dan ikhlas kepada Tuhannya.

Kadang pohon-pohon pun memberi petunjuk bahwa dalam diam, tidak ke mana-manapun ada aktivitas yg tidak terkira nilainya, berkembang dan memberi manfaat buat makhluk di sekitarnya.

Dan pada kenyataannya, meski menginginkan untuk tetap bangun dan bergiat terus dalam melaksanakan aktivitas, ada kalanya Tuhan pun menginginkan makhluk-Nya untuk berdiam diri dan bertotalitas kepada-Nya.

Seperti itulah Diam dan Terdiamnya orang-orang yg berthoriqoh, dalam Uzlah dan Khalwat.

"Adab paling tinggi adalah engkau diam mendengarkan orang membicarakan sesuatu yg engkau tahu dengan baik, sementara dia tidak tahu." (Ibn Khaldun)

Semoga..
#ombad #tasawuf