09 October 2018

LOGAT ITU KULIT

Pemahaman agama minim lalu digoreng buat urusan politik, padahal yg diributkan itu hanya sebatas kulit. Masalah logat aja dipermasalahkan..

Pengucapan "Al-Fatihah" karena kebiasaan (logat) itu bisa jadi : Fatiha, Fatekah, Patehah, dsb. Seperti halnya pengucapan "Fitnah", bisa jadi Fitnah, Fitna, Pitnah.. bahkan Pitenah.. :D
Bahkan seorang Nabi pun ada yg petal (cadel) yaitu Nabi Musa as.

Bahasa terdalam (qalbu) itu adalah bahasa yg pertama kali komunikasikan (bahasa ibu).. Itu makanya kalo ngejerit berdoa (dalam hati) suka keluar bahasa ibu.. karena sy "bahasa ibu" nya itu sunda.. ya yg keluar basa sunda..

Mudah-mudahan kisah di bawah ini bisa bermanfaat :

Suatu ketika ada seorang fakir miskin datang kepada seorang Kyai.

"Pak Yai.. saya mohon diajarkan doa, agar saya banyak rezeki dan selamat dunia akhirat." kata si fakir.

Sang Kyai tersenyum, "Baiklah. mari ikuti saya, Rabbana arzuqna.."

Dan Kyai pun melafalkan baris demi baris doa tersebut dalam bahasa Arab. Si Fakir mencoba mengikuti, namun lidahnya terasa asing dengan bahasa itu dan selalu salah.

"Mesti benar berdoanya Pak, tajwid dan pengucapannya harus pas, nanti tidak afdhol.." kata Kyai.

"Nggih, pak Yai.. Robanaa.." jawab si Fakir. Namun, tetap saja si fakir tidak mampu melafalkannya dengan baik. Semakin dia berusaha, semakin tak jelas pengucapan doanya.

"Hmm, begini saja Pak, saya tulis saja doanya di sini, sampeyan baca di rumah ya, sehari 3x ba'da shalat fardhu. Supaya afdhol dan diqabul sama Gusti Allah, dibaca yang benar ya..!" kata Kyai sedikit kesal. 

"Inggih, pak Yai.." jawab si Fakir.

Kyai pun menuliskan doa tersebut di atas selembar kertas putih, dan memberikannya pada si Fakir.

Pulanglah si Fakir ke rumahnya, namun sesaat dia memandangi kertas doa itu, dia baru sadar bahwa dia tidak bisa membaca huruf arab.

"Waduh, piye iki..?" Si Fakir berkata sedih. Untuk kembali ke tempat Kyai di pesantren, ia sudah kadung malu dan takut dimarahi lagi karena tidak becus mengucapkan doa dalam bahasa Arab. Dipandanginya kertas itu berhari-hari, setelah seminggu lebih, akhirnya dia mengambil keputusan : kertas do'a itu digunting-gunting sehingga huruf-hurufnya berserakan dan ditebarkan di sajadah, kemudian dia berdoa dengan khusyuk dalam bahasa Jawa:

"Gusti Pangeran.. Engkau mengerti keadaanku yang tidak bisa membaca doa dan huruf-huruf Arab. Karena itu aku serahkan semua huruf dalam doa itu kepada-Mu. Rangkaikanlah menjadi doa yang terbaik untukku, Gusti.. Aku akan menerima apapun yang Engkau pilihkan untukku."

Dan si fakir pun terus menerus melafalkan doa itu setiap hari.

**

Beberapa waktu setelah kejadian itu, sang Kyai mimpi. Dalam mimpinya, ia mendengar suara Allah SWT:
"Masih ingatkah engkau pada si Fakir yang minta doa kepadamu..? Sesungguhnya di sisi-Ku, doanya lebih bernilai dari doa-doa yang kau lafalkan setiap hari sepanjang hidupmu."

Kyai bertanya : "Kenapa demikian Ya Allah..? Bukankah aku selalu mengucapkan dengan bahasa yang fasih sesuai tuntunan Nabi-Mu yang mulia.."

Allah menjawab : "Benar.. namun si Fakir itu ikhlas kepada-Ku. Aku lah yang mengabulkan semua doa dan permohonan hamba-Ku, bukan engkau..! Keikhlasan dan keridhoannya yang menyebabkan doanya terkabul, bahkan bila doa itu tidak terucap.."

Sang Kyai terbangun, dan kemudian menangis.

Semoga...
#ombad #tasawuf