Suatu hari para Kyai NU kumpul di sebuah pondok pesantren. Saat itu Gus Mus ingin menerangkan tentang awal mula kesalahan beragama.
Beliau melemparkan pertanyaan, "PPP, PDI dan Golkar itu Washilah atau Ghayah..?"
Para Kyai pun serempak menjawab dengan mantap, "Washilah (Jalan)..!"
Ada yg saking mantapnya, jadi malah setengah berteriak.
Gus Mus pun memberikan pujian, "Nilai 100 untuk bapak-bapak Kyai."
"NU, Muhammadiyah, dan semacamnya itu Washilah atau Ghayah ?" Gus Mus bertanya lagi.
Para Kyai kemudian menjawab pelan agak ragu-ragu, "Washilah...”
Beliau hanya tersenyum mendengar nada jawaban para Kyai yg mulai terasa berubah.
Gus Mus pun bertanya kembali, "Islam, Katolik, Hindu, dan semacamnya itu Washilah atau Ghayah (Tujuan)..?"
Seketika itu pula ruangan menjadi hening. Tidak ada Kyai yg menjawab. Gus Mus sampai mengulangi pertanyaannya tiga kali, para Kyai tersebut tetap hanya diam.
Ghayah itu artinya tujuan akhir. Washilah itu artinya sarana menuju.
Kemudian ada Kyai yg balik bertanya, “Kalau pendapat Gus Mus sendiri bagaimana..?”
Dengan mantap beliau menjawab, "Agama Islam adalah Washilah."
Para Kyai kemudian ribut sendiri, “Lho, bagaimana bisa agama Islam adalah Washilah..?!”
Sekali lagi, dengan mantap, Gus Mus menjawab, “Karena Ghayah-nya (tujuannya) adalah Allah."
Seketika itu pula, semua Kyai di ruangan tersebut kembali diam semua.
Gus Mus lantas membuat pengandaian (analogi). Kalau Anda ingin ke Jakarta memakai mobil, bus, atau kereta api, tidak akan sampai. Karena Jakarta sedang banjir, maka melalui jalan darat tidak mungkin bisa sampai. Hanya bisa sampai ke Jakarta melalui pesawat terbang. Meski satu-satunya sarana transportasi yg bisa menjangkau Jakarta, pesawat terbang ini tetaplah hanya Washilah (sarana menuju).
Maka dari itu, di berbagai kesempatan, Gus Mus menasehati Nahdliyyin untuk selalu menghormati umat beragama lain. Bagaimanapun juga, umat beragama lain pada dasarnya sama seperti umat Muslim, yaitu sedang berusaha menuju-Nya. Semua pilihan orang lain harus dihargai, seperti diri kita ingin dihargai memilih Washilah agama Islam.
Jadi, awal mula kesalahan beragama adalah menganggap agama Islam seperti partai politik. Ditambah salah menetapkan apa yg menjadi Washilah dan apa yang menjadi Ghayah dalam agama Islam.
Akhirnya, bisa tumbuh sikap berlebih-lebihan dalam beragama Islam, dan pada akhirnya menjadi sibuk “kampanye” atribut agama Islam yg disertai kebencian terhadap umat beragama lain. Sehingga justru lupa kepada tujuan pokok agama Islam. Mirip perilaku para anggota partai politik masa kini.
Semoga..
#ombad #tasawuf