Dalam Hikamnya Ibn 'Athaillah :
"Kehendakmu agar BERTAJRID (meninggalkan urusan duniawi, sebab semata² hendak beribadah) padahal Allah sudah menempatkan dirimu sebagai golongan ASBAB (orang-orang yg harus berusaha untuk mendapatkan kehidupan dunia sehari-hari), maka keinginan seperti itu termasuk Syahwat yg samar."
Sy tidak akan membahas yg sudah di maqam Tajrid... krn itu mah bagi orang² yg sudah Fana'.
Berdiam diri itu perbuatan yg tidak baik, sebuah bentuk kemalasan, walau alasannya bisa setinggi langit ataupun pakai bahasa-bahasa langit. Selalu yg dijadikan alasan adalah Sabar tetapi tanpa sadar suka lupa, apa itu makna Tawakal. Atau alasan Takdir, tapi suka lupa urusan usaha (nasib). Merasa sudah di maqam Tajrid, padahal masih masih di maqam Asbab.
Masa tidak malu dan tidak mau mencontoh Seekor Burung? Pagi-pagi sudah terbang utk mencari makan walau tanpa kepastian apakah berhasil atau tidak. Setidak-tidaknya 'terbang' dulu lah, pergi dan keluar dari rumah, jangan sampai karena melihat kita diam terus di rumah, anak istri jadi khawatir dan susah, baik lahir maupun batinnya. Dan kalau ekonomi jadi memburuk, jangan salahkan istri yaa kalo sampai marah dan cemberut (atas dan bawahnya).
"Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jum’ah : 10)
Watak Mukmin itu, tidak meninggalkan dunia karena akhirat, dan jg tidak meninggalkan akhirat karena dunia. Jadi ada hubungan yg positif antara aspek Dunia dan Akhirat, saling menunjang. Dan Zuhud itu aspek batin, keterikatan batin thd duniawi, bukan lahiriah. Suatu Keseimbangan yg Harmoni.
Coba renungkan ayat di bawah ini,
“Dan kami jadikan malam sebagai pakaian (penutup). Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS. an-Naba : 10-11)
Jadi kalau mau Tajrid-tajridan mah di malam hari aja, kalo siang hari mah Asbab-asbaban aja yaa...
Bekerja & berusaha..!
Gak usah lebay... :D
Semoga...
#ombad #ramadhan #07