Ada 4 tipe Pemimpin, yaitu:
1) Negarawan,
2) Demagog,
3) Politisi Biasa, dan
4) Citizen-Leader.
1. NEGARAWAN
Negarawan adalah seorang pemimpin yg memiliki visi, kharisma pribadi, kebijaksanaan praktis, dan kepedulian terhadap kepentingan umum, dan kepemimpinannya itu bermanfaat bagi masyarakat.
CIRI NEGARAWAN
- Mengejar kebaikan umum. Pemimpin terbaik termotivasi bukan oleh kepentingan diri sendiri yg kasar melainkan oleh kebaikan umum.
- Kebijaksaan yg praktis. Visi kebaikan publik, semenarik apapun tidak akan berguna tanpa orang yg punya visi tersebut tidak tahu bagaimana cara mencapainya. Sebab itu, pemimpin yang baik harus memiliki kebijaksaan yg praktis, dengan mana lewat kebijaksanaan itu, pemimpin bisa memahami hubungan antara tindakan yg diambil dengan konsekuensi-konsekuensinya.
- Keahlian politik. Pemimpin yg baik sekaligus pula seseorang yg punya bakat dalam menilai dan melakukan pendelegasian wewenang. Dalam memimpin negara, pemimpin harus menjalankan birokrasi raksasa, mengarahkan para staf, bekerja sama dengan para legislator demi meloloskan program pemerintahan, dan menggalang opini publik sehubungan dengan kebijakan administrasi. Tanpa keahlian politik yg mencukupi, mustahil tugas-tugas berat seperti ini dapat berjalan secara baik.
- Kesempatan luar biasa. Negarawan lahir dari suatu kondisi kritis. Ketika suatu negara berada dalam pusaran kejenuhan, kebosanan, stagnasi, disorientsi, atau perang, dari sinilah negarawan umumnya lahir.
- Nasib baik. Kadang ia dianugerahi berkah oleh Yang Mahakuasa untuk memikul beban masyarakat dan negaranya.
2. DEMAGOG
Demagog adalah seseorang yg menggunakan keahliannya memimpin untuk memperoleh jabatan publik dengan cara menarik rasa takut, sentimen, dan prasangka umum, untuk kemudian menyalahgunakan kekuasaan yg ia peroleh tersebut demi keuntungan pribadi.
CIRI DEMAGOG
a. Selalu mencari kambing hitam atas segala masalah, sehingga kebencian terhadap suatu kelompok tertentu ditumbuhkan, dipelihara, bahkan diperdahsyat identitasnya.
b. Argumen yg menjadi senjata biasanya ad hominem (menyerang pribadi orang) dan argumen kepemilikan kelas yg penuh kebencian.
c. Lihai membuat skematis dengan menyederhanakan gagasan atau pemikiran agar bisa memiliki efektivitas sosial sehingga menjadi sebuah opini dan keyakinan.
d. Pandai mengeksploitir prasangka demi meraih popularitas.
e. Model politiknya lebih cenderung menekankan pada pembangunan sentimen dalam rangka memobilisasi pikiran banyak orang demi menggalang massa.
f. Memobilisasi massa dengan menyasar sentimen tertentu.
g. Memiliki kelemahan dalam upaya menyelesaikan persoalan-persoalan konkret, sehingga cara demagog selalu dipakai untuk menutupi kelemahannya.
h. Pemikirannya bukan pada upaya konkret untuk menyelesaikan persoalan mendasar kehidupan banyak orang.
Tambahan :
- Ia mengeksploitasi prasangka publik. Sebagai seorang tokoh, demagog sangat sensitif akan prasangka-prasangka sosial yang berkembang di tengah masyarakat. Ia kemudian memerankan diri sebagai berdiri di sisi masyarakat sehubungan dengan prasangka yang muncul. Peran tersebut dibarengi dengan rangkaian janji bahwa ia akan memastikan bahwa prasangka tersebut akan ditanggulangi apabila ia menduduki jabatan politik.
- Kerap melakukan distorsi atas kebenaran. Kebenaran adalah tidak lebih dari komoditas politik. Apabila kebenaran tersebut tidak sejalan dengan prakteknya untuk menggapai kekuasaan, ia akan mendistorsinya. Distorsi tersebut sebagian besar diperkuat dengan aneka fakta "kuat" yang ia susun sehingga distorsi tersebut masuk akal. Dengan kata lain, ia membuat "babad" yaitu rangkaian cerita historis yang menguatkan posisinya di atas kebenaran yang ada.
- Mengumbar janji-janji manis untuk memperoleh kuasa politik. Terlebih, apabila janji tersebut cukup populis dengan pangsa pemirsa yang cukup besar. Sekali lagi, bagi seorang demagog, janji adalah komoditas politik yang akan digunakannya sebagai instrumen kampanye guna meneguhkan posisinya dibanding para kompetitornya yang lain.
- Tidak canggung menggunakan metode yang dinilai kurang bermoral.
- Memiliki daya tarik yang besar terhadap masyarakat banyak. Seorang demagog sekaligus adalah orang yang populer di mata publik. Aneka daya tarik bisa saja dimiliki seorang demagog. Daya tarik inilah yang sesungguhnya membuat publik memercayai seorang demagog. Publik tidak lagi kritis akan variabel ideosinkretik yang melekat di dalam diri demagog. Publik hanya memercayai apa dan bagaimana performance seorang demagog secara aktual.
- Jika negarawan secara tulus peduli akan keadilan dan kebaikan umum, maka Demagog sekadar berpura-pura peduli dalam rangka memeroleh jabatan, yang begitu ia mendapatkannya, tanpa ragu ia akan mengkhianatinya. Hal ini sesuai dengan karakteristik seorang demagog, bahwa ia hanya ingin berkuasa. Setelah ia berkuasa, segala hal yg ia janjikan di masa-masa sebelumnya akan direnegosiasi ulang.
Pemimpin bertipe demagog, sudah dipastikan bukan seorang pemimpin yg baik, apakah untuk saat ini, apalagi untuk masa depan. Kenapa? Karena bisa mengorbankan rakyatnya, rentan kerusuhan dan konflik horizontal.
"Demagog adalah para orator ulung, terdiri dari pejabat negara yg pandai membuat citra baik, namun hakekatnya mereka membohongi rakyat." (Mahfud MD)
3. POLITISI BIASA
Politisi adalah seorang pemegang jabatan publik yg siap untuk mengorbankan prinsip-prinsip yg dimiliki sebelumnya atau mengesampingkan kebijakan yg tidak populer agar dapat dipilih kembali.
CIRI POLITISI
- Tidak punya visi dan bakat yg cemerlang. Seorang politisi biasa tampak kurang bersinar. Ia hanya berada di "sekeliling" tanpa pernah menjadi pusat pengambilan arah suatu masyarakat. Visi yg ia miliki terlampau umum, kurang greget, "biasa", dan terkesan asal ambil. Bakat yang ia miliki mungkin alami atau "karbitan", tetapi publik memandangnya sebagai "datar", "umum", dan "kurang menarik."
- Hidup cuma day-to-day, dengan upaya untuk mengatasi tekanan dan hambatan yg dialami dalam keseharian. Politisi biasa tidak hidup untuk long-term melainkan short-term. Ia hanya dipusingkan urusan bagaimana agar ia tetap bercokol di lingkaran kekuasaan. Ia tidak terlalu pusing apabila disebut tidak melakukan apa-apa di dalam jabatannya. Ia baru merasa pusing apabila menghadapi kemungkinan akan tidak dipakai kembali di masa mendatang.
- Kendati ingin berbuat sesuatu yang baik, mereka selalu kesulitan menjaga isu-isu moral dan etika secara tegas. Politisi biasa janganlah diharapkan untuk bicara masalah moral ataupun etika. Masalah moral dan etika bukanlah prioritas di dalam jabatannya. Kerapkali memang, politisi biasa ingin berbuat sesuatu yang baik. Namun, kerap pula keinginan tersebut dibatasi oleh keinginannya untuk menyenangkan seluruh pihak. Ia ingin diterima oleh semua pihak dan moral serta etika kerap menjadi korban dari kehendaknya tersebut.
- Mereka sulit mengatasi risiko politik. Karena itulah, mereka memosisikan diri mereka di titik aman. Ia berusaha netral bahkan di saat ia ada dalam posisi terjepit untuk memilih. Pilihan barulah ia buat apabila ada keyakinan bahwa pilihan tersebut membawanya ke titik aman lainnya. Bagi politisi biasa, perjuangan untuk tetap di pusaran kekuasaan adalah lebih penting ketimbang ia menunjukkan posisi dirinya yang asli.
- Kendati mereka ini umumnya tidak korup, tetapi sesungguhnya mereka mudah sekali untuk disuap. Karena mereka enggan menanggulangi risiko politik, mereka menerapkan image tidak korup. Dan, ketidakkorupan ini bukanlah sesuatu yang mutlak kita tidak harus percaya. Sayangnya, mereka justru membuka diri untuk disuap. Kesediaan disuap ini tegas dilatarbelakangi oleh kehendak mereka untuk mencari aman. "Toh, bukan saya yang meminta tetapi mereka".
- Mereka ini tidak lebih baik atau lebih buruk dari manusia lainnya. Bedanya, mereka punya posisi untuk melakukan hal-hal buruk (ataupun baik) dengan dampak lebih besar. Secara umum, mereka sulit dibedakan dengan warganegara lain pada umumnya. Mereka terlampau biasa, sehingga perilaku yang mereka tunjukkan di layar kaca atau media massa sama persis dengan perilaku kita, keluarga kita, ataupun teman kita. Bedanya, kita, keluarga kita, ataupun teman kita tidak punya kuasa untuk membuat kebijakan umum.
4. CITIZEN-LEADER
Citizen-Leader adalah seseorang yg mempengaruhi pemerintah secara meyakinkan meskipun ia tidak memegang jabatan resmi di pemerintahan.
CIRI CITIZEN-LEADER
- Punya pengabdian unik atas masyarakat. Mereka ini, dalam waktu lama, aktif memimpin suatu segmen dalam masyarakat dalam memerjuangkan keyakinan dan posisi mereka di dalam kepolitikan suatu negara. Mereka nyaris tidak lagi memiliki kehidupan privasi karena hampir di setiap saat, mereka harus bergerak, bekerja, dan mengatasi permasalahan segmen masyarakat yang mereka wakili. Mereka inilah yang kerap berhadapan dengan kuasa-kuasa formal, bersitegang, dan menerima sanksi atas keyakinan pengabdiannya. Sulit untuk meminta sesuatu yang sifatnya formalitas pada mereka karena kuasa negara yang formal itu pun dalam anggapan mereka sudah bersifat informal.
- Punya magnet personal di dalam dirinya. Seorang citizen-leader diyakini memiliki daya tarik yang luar biasa di dalam diri mereka. Magnet inilah yang membuat para pengikutnya bahkan rela memberikan loyalitas mereka kepada dirinya. Daya tarik ini dapat merupakan perpaduan unik antara berkah dari Yang Mahakuasa dengan bakat-bakat kepimpimpinan yang ia miliki.
- Keberaniannya di atas rata-rata, sehingga menarik orang-orang untuk menjadi pengikutnya. Dare to be different adalah pasti kualitas yang ada di dalam diri seorang citizen-leader. Keberanian yg ia miliki jauh di atas rata-rata orang di sekelilingnya. Keberanian yang ia miliki menular kepada para pengikutnya sehingga perjuangan yg ia bawakan memiliki stamina cukup untuk durasi panjang.
**
Referensi:
- Thomas M. Magstadt, Understanding Politics: Ideas, Institutions, and Issues (Belmont: Wadsworth, 2010)
- setabasri01.blogspot.co.id