08 April 2019

TASAWUF DALAM SEEDING BAKTERI

Selama dua minggu kemarin sy melakukan seeding bakteri sebanyak 100 liter untuk Pengolahan Limbah.

Perlu diketahui, dalam sebotol Yakult yg berukuran 65 ml itu berisi lebih dari 6,5 miliar bakteri (Lactobacillus Casei Shirota). Itu artinya sy membawa bibit bakteri sebanyak 10.000.000.000.000 ekor, atau 10 Trilyun ekor bakteri..!

Selama proses seeding ini, para bakteri akan berkembang biak --dengan membelah diri-- dan akan makin bertambah banyak bisa 100 % sampai 1000% bahkan lebih, tentu dibarengi dengan pemberian nutrisi yg sesuai. Ini berarti sy sedang beternak dan mengembang-biakan bakteri sampai 1000 Trilyun ekor bakteri..

Kenapa sy membicarakan jumlah bakteri..? Karena seringkali manusia itu sering membanggakan dirinya terkait jumlah, apakah itu jumlah harta, jumlah ibadah, jumlah berapa kali umrah/haji, bahkan sampai jumlah istri. Padahal semua itu tidak berharga sedikitpun di hadapan Tuhannya jika tidak diikuti kualitas diri (taqwa, kesadaran).

Bangga dengan jumlah 100.000 orang pun tetap saja masih kalah dengan jumlah setetes bakteri, bahkan mau bangga dengan jumlah 10.000.000 orang pun tetap saja masih kalah dengan jumlah bakteri dalam sesendok bakteri.

Itu makanya Rasulullah SAW pun mengisyaratkan, meski umatnya berjumlah banyak tetapi jika tanpa dibarengi dengan kualitas ilmu maka hanya bagaikan buih-buih yg mudah hilang, bahkan musnah tanpa bekas meski tertiup sedikit angin.

Rasulullah bersabda,

Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.”

Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu..?”

Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit Wahn.”

Seseorang bertanya, “Apakah Wahn itu..?”

Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud)

Begitupun, jika berbangga diri dengan jumlah ibadah, itu bukanlah apa-apa jika dibandingkan selembar daun yg terus-menerus bertasbih kepada Tuhannya.

Nilai tertinggi seorang makhluk di hadapan Tuhan adalah ikhlasnya, karena Tuhan hanya melihat kualitas ikhlas. Dan kualitas ikhlas ini penilaiannya bukan berdasarkan jumlah ataupun akumulasi pahala yg diinginkan. Jika dalam umur hidupnya seseorang melakukan shalat sebanyak 120.000 kali, mungkin saja yg menyebabkan ia masuk surga itu bukan karena jumlah 120.000 kalinya, tetapi hanya 1 kali shalatnya (misalnya, saat sedang pedih karena difitnah) yg dinilai sama Tuhannya. Dan begitupun untuk amal ibadah yg lain.

Itu makanya Rasulullah pun mengatakan bahwa bukan amal ibadah yg menyebabkan seseorang itu masuk surga, tetapi Rahmat Allah.

Dari Jabir bin Abdillah ra., Rasulullah SAW bersabda,

لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ

Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelamatkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan Rahmat dari Allah." (HR. Muslim)

Dan Rahmat Allah itu tidak ada dalam kecacatan niat dan amal/ibadah, tidak ada dalam sesuatu yg terdistorsi hawa nafsu. Rahmat Allah itu ada dalam Keikhlasan dan Keridhaan seorang hamba-Nya, seperti halnya daun-daun, pohon-pohon, batu-batu, air, angin, tanah, dan lain-lain yg selalu Ikhlas dan Ridha dalam bertasbih kepada Tuhannya.

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah : 5)

Dan begitupun bakteri yg bermanfaat dan jadi rahmat ini, terlihat sedemikian kecilnya di hadapan manusia (baca : menyembunyikan dirinya) tetapi tidak kecil di hadapan Tuhannya, seperti halnya para Wali Allah yg tidak membuka jalan popularitas dan juga tidak melakukan pengakuan akan kewaliannya, bahkan kalau bisa ia akan menyembunyikannya. Kenapa..? Karena orang yg ingin terkenal dalam hal tersebut, bukanlah ia seorang ahli thariqah.” (lihat kitab Dhurar al-Muntatsirah fi al-Masa’il al-Tis’a ‘Asyarah).
 

Semoga...
#ombad #tasawuf #dalam