TITIK KESEIMBANGAN dari setiap individu itu bisa berbeda, sulit dicapai dan perlu 'dikejar' terus-menerus. Keseimbangan dalam dua hal ; fisik-nonfisik, lahiriah-batiniah, eksplisit-implisit, tersurat-tersirat, logika-rasa, otak kiri (IQ)-otak kanan (EQ), transedental-horizontal, hablum minallaah-hablum minannaas, dsb.
Tetapi, kadang ada orang yg menetapkan titik keseimbangan menurut ukuran/kadar yg hanya diyakini sebagai kebenarannya sendiri, menetapkan secara membabi-buta seakan kebenaran dirinya adalah yg paling absolut, paling benar. Mereka menetapkan titik keseimbangannya tsb dengan sangat kaku, lalu memaksakan dirinya dan orang-orang di sekitarnya untuk mencapainya, menolak habis dan secara total kadar/ukuran dari yg lain, yg berbeda dengan dirinya atau kelompoknya.
Jika hal seperti ini keukeuh dilakukan maka ujungnya akan selalu menghasilkan konflik internal (bahkan jg konflik dengan eksternal), pembenaran-pembenaran, penyangkalan-penyangkalan, dan kegalauan diri sendiri. Penyakit hati.
Artinya,
Kepandaian itu berhubungan dengan Tahu Batas,
Kebijakan itu berhubungan Waktu dan Prioritas,
Jika kita selalu merasa lebih besar & lebih benar itu namanya orang yg sombong, seindah apapun itu dituangkan dalam ucapan dan kata-kata.
#Dan
Manusia itu banyak yg memperebutkan Merasa Tau, bukan Pengetahuan.
Manusia itu banyak yg memperebutkan Pembenaran, bukan Kebenaran.
"Jelema mah loloba na marebutkeun bebeneran, lain nu Bener."
Semoga....
#ombad #tasawuf